Alumnus IVLP 2018 Ini Coba Tawarkan Solusi Masalah Intoleransi

oleh
oleh

JAKARTA, VoiceMagz.com – Penyelesaian masalah memudarnya tolerasi (intoleransi) yang terjadi di Indonesia belakangan ini ternyata tak harus serumit yang dibayangkan.

Alumnus International Visitor Leadership Program (IVLP) on Faith Based Education 2018 ini menawarkan kiat sederhana guna menjembatani krisis intoleransi yang belakangan ini terjadi.

“Balik lagi ke dialog, kita harus memperbanyak dialog antar agama dan institusi. Misalnya program dialog antara wanita Katolik dengan muslimat,” ujar alumnus IVLP on Faith Based Education 2018, Amalia Abdullah di Jakarta, Selasa (5/6).

Kesimpulan ini didapatkan Amalia usai mengikuti program IVLP on Faith Based Education 2018 pada 10-31 Maret 2018 lalu. Dalam program yang diadakan US Departement of State ini dirinya menyaksikan toleransi masyarakat Amerika Serikat (AS) pada keberagaman suku, agama dan ras (SARA).

“Jadi sebenarnya, kehidupan masyarakat di AS tidak seperti yang kita bayangkan dan kita lihat di TV. Masyarakat disana sebenarnya sangat toleran dan menghormati. Mereka banyak berdialog antar umat beragama. Sikap masyarakat disana sebenarnya tidak sama dengan sikap pemerintah terutama presiden AS,” beber anggota bidang Hubungan Luar Negeri Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) ini.

Amalia yang juga seorang founder komunitas Fashionpreneur Indonesia ini kembali menekankan jika sebenarnya banyak lembaga-lembaga kemasyarakatan di AS yang bergerak di bidang kerjasama antar agama. Lembaga-lembaga itu bahu membahu menumbuh kembangkan toleransi yang dilakukan lewat dialog-dialog antar lembaga kemasyarakatan dan keagamaan.

Untuk menjaga stabilitas keberagamanan ini, di AS, ujar Amalia, telah dibentuk suatu organisasi bernama Islamic Circle of North America (ICNA) yang membina pengamalan agama umat Islam di AS. Untuk mencapai tujuan ini, ICNA sering sekali mengadakan dialog antara berbagai aliran dalam Islam.

Dialog dilakukan bukan hanya ketika terjadi konflik, namun jauh hari sebelum terjadinya konflik. Sehingga jarang terdengar terjadinya konflik antara sesama umat Islam di AS.

“Komunikasi dialogis akan menjembatani dua kutub yang berbeda. Perbedaan memang tidak mungkin dipersamakan, tetapi hanya bisa dicarikan titik temu dan titik seteru. Pendekatan dialogis mampu memerankan peran tersebut. Dalam Islam, komunikasi dialogis ini direpresentasikan melalui konsep musyawarah,” papar founder Amalia Quran Community ini.

Untuk diketahui, Amalia beserta lima orang lainnya yang berlatar belakang beragam diundang US Departement of State (Kementerian Luar Negeri AS) mengikuti serangkaian program IVLP yang mengambil tema ‘Faith Based Education’ (Pendidikan Berbasis Keagamaan) dari 10-31 Maret 2018.

Dalam rangkaian kegiatan IVLP ini, peserta program dibawa ke beberapa institusi pendidikan yang berbasis keagamaan yang tersebar di lima wilayah (state) di AS, mulai dari Washington DC; Baltimore, Maryland; Atlanta, Georgia; Detroit, Michigan; sampai ke Seattle; Washington.

Mereka juga berkesempatan mengunjungi rumah ibadah, komunitas sosial, universitas dan sekolah berbasis agama. Juga kantor pemerintah dan institusi yang menginisiasi dialog antar agama serta kegiatan sosial. (NVR)

No More Posts Available.

No more pages to load.