Dua Masalah Non Teknis Menghadang Produksi N219

oleh
oleh

BANDUNG, Voicemagz.com – Pesawat rancangan anak bangsa, N219 sudah memasuki test flight (uji terbang) untuk ke-14 kalinya sejak pertama kali mengudara akhir tahun 2017 lalu.

Selain terus membenahi segala kekurangan dari sisi teknis, dua masalah di sisi non teknis pun masih menjadi kendala besar PT Dirgantara Indonesia (PTDI) selaku produsen pesawat ini.

“Pabrikan luar menawarkan paket bunga tiga persen buat pesawat sejenis N219, sedangkan di Indonesia bunga banknya mencapai enam hingga tujuh persen. Belum soal pajaknya,” ungkap Ade Yuyu Wahyudi, Kepala Divisi Penjualan PTDI di Bandung, Jumat (2/2).

Pihaknya mengharapkan, pemerintah turut mendukung upaya PTDI yang selama ini baru sampai pada memproduksi pesawat guna kebutuhan militer ini agar harga jual pesawat seharga US$6 juta per unit ini bisa mendapatkan bunga yang rendah dan deregulasi pajak.

“Selain ada garansi dari bank, deregulasi pajak dibebaskan dulu,” ucap Ade usai test flight ke 14 pesawat ini.

Dari sisi teknis, pesawat yang baru menempuh waktu terbang 17 jam ini terus berupaya disempurnakan agar dapat tembus sertifikasi uji laik terbang yang dikeluarkan Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara (KUPPU), Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

Pada uji terbang ke-14 ini, PTDI fokus kepada kemampuan N219 di flip condition sekitar 10 derajat.

“Yang hari ini dilakukan untuk melihat respons elevator, yaitu di bagian belakang pesawat ada semacam buntut, dan buntutnya itu vertikal serta horizontal. Jadi, kami tes, ada bulu-bulunya di bagian buntut pesawat dan itu untuk melihat aliran udaranya sesuai rencana atau tidak, kalau tidak sesuai, kita perbaiki,” jelas Tenaga Ahli PTDI, Andi Alisjahbana.

Ditambahkan Ade Yuyu Wahyuna, potensi market N219 sangat besar di Indonesia, terutama untuk provinsi yang memiliki daerah terpencil. Sementara untuk market di dunia, Amerika Latin, China dan Afrika jadi pasar potensial.

“Saat ini kami sedang melakukan negosiasi dengan operator penerbangan dari Mexico, Turki dan China yang memiliki banyak sekali wilayah terpencil. Di Indonesia sendiri Pemprov Kalimantan Utara (Kaltara) dan Pemkab Puncak, Papua juga dalam penjajakan,” jelasnya.

PTDI sendiri kini tengah terus berbenah dan selalu mengedepankan kepuasan pelanggan melalui penyerahan produk maupun jasa secara tepat mutu, tepat biaya dan tepat waktu.

Pembenahan dilakukan dengan berbagai langkah terutama di sektor finansial, operasional, Sumber Daya Manusia, dan Teknologi Informasi. Sehingga PTDI juga bisa mencatatkan pengiriman yang tepat waktu baik untuk pesawat dan helikopter untuk pemesan di dalam dan luar negeri.

Ditambah lagi, N219 ini adalah proyek pesawat komersil perdana produksi PTDI usai gagalnya proyek N250 dua tahun yang lalu. Sehingga seperti apa yang dikatakan BJ Habibie yang juga tengah mengembangkan pesawat penumpang R80 agar kebangkitan industri penerbangan harus dimulai dari sekarang daripada terkendala dengan (SDM) yang tersedia.

Bila semua tak segera ditangani akan menjadi ‘penyakit’ bagi industri penerbangan Indonesia karena sumber daya manusia (SDM) bidang penerbangan Indonesia banyak tersedot ke industri-industri penerbangan negara lain pasca gagalnya proyek N250. (NVR)

No More Posts Available.

No more pages to load.