Ian Antono Kisahkan Dibalik Terciptanya Lagu “Panggung Sandiwara dan Rumah Kita”

oleh
oleh

 

Oleh: Irish Riswoyo. 

Jakarta, Voicemagz.com-Sosok Ian Antono sebagai musisi, peñata musik dan pencipta lagu sepertinya sudah menjadi merek tersendiri. Pasalnya puluhan lagu hits serta sentuhan musiknya pernah menghantarkan banyak penyanyi mencapai puncak kepopuleran di jagad musik Indonesia, Diantaranya ada Nicky Astria, Ikang Fawzie, Anggun C Sasmi, Emilia Contessa, Heppy Pretty, Grace Simon, Ebiet G.Ade, Franky Sahilatua (Alm), Gito Rollies (Alm),  hingga Iwan Fals.

Meskipun dikenal luas sebagai seorang gitaris, namun pria kelahiran Malang 28 Oktober 1950 (67 tahun) ini justru mengawali karir musiknya sebagai penabuh drum band Zodiac di kota kelahirannya. Kemudian  bergabung dengan band Bentoel dan akhirnya bergabung dengan band super group  God Bless di Jakarta, seperti yang kita kenal sekarang.

Selama berkiprah di dunia musik tak  kurang 250 karya lagu telah beliau ciptakan. Beberapa diantaranya menjadi hits dan berpengaruh besar terhadap perkembangan musik di Indonesia. Bahkan saking populernya karya beliau yang berjudul “Panggung Sandiwara” dan “Rumah Kita”  sudah seperti lagu milik rakyat (public domain).

Lagu popular dan merakyat seperti Panggung Sandiwara dan Rumah Kita belum tentu lahir  dari proses yang rumit atau proses yang njlimet. Bahkan adakalanya ketika imajinasi dan mood si pencipta sedang on bukan tidak mungkin sebuah lagu bisa tercipta hanya dengan hitungan menit atau jam saja. Namun ketika kondisi sedang tidak mood sebuah lagu bisa juga tercipta hingga bulanan atau tahunan lamanya.

Untuk itu dalam edisi ini VOICE MAGAZINE (VM) akan membedah bagaimana histori dibalik terciptanya lagu Panggung Sandiwara dan Rumah Kita dengan mewawancarai sang Hits maker Ian Antono (IA). Berikut petikan wawancaranya:

VM: Mas, Jutaan pecinta musik di negri ini mengenal Ian Antono sebagai seorang gitaris, peñata musik dan pencipta lagu handal yang banyak melahirkan lagu lagu hits, tapi tidak banyak yang tahu bagaimana proses terciptanya sebuah lagu. Boleh diceritakan mas bagaimana lagu Panggung Sandiwara itu tercipta?.

IA: Waduh, gimana ya aku agak lupa, lagu itu sebenernya bukan sengaja aku tulis, tetapi berangkat dari sebuah film “Duo Kribo” (film yang dibintangi Achmad Albar dan Ucok Harahap) sekitar tahun 1977 kalau nggak salah, sutradaranya Edward Pesta Sirait. Waktu itu mas Taufik (Taufik Ismail/Sastrawan) sudah membuat lirik dulu, terus aku yang membuat melodi lagunya dan instrument musiknya.

VM: O gitu,?. Jadi bukan lagu khusus untuk solonya Mas Iyek (Panggilan akrabnya Achmad Albar) ya..?.

IA: Bukan, ya.. orang banyak nggak tauh juga, malah terkadang orang nyangka itu lagunya God Bless.

VM: Prosesnya sulit nggak kalau menulis lagu berangkat dari lirik?.

IA: Nggak juga, kalau saya sih bisa berangkat dari mana saja, bisa dari lirik dulu baru lagunya, bisa dari melodi lagu baru liriknya, atau terkadang bisa dari rif-rifnya dulu baru melodi lagu dan lirik.

VM: Butuh berapa lama untuk menciptakan lagu sepopuler Panggung Sandiwara ini mas?.

IA: Nggak lama kok, bahkan nggak sampek sehari. Ini justru lagu tercepat yang pernah saya tulis.

VM: O,ya..?. Kenapa bisa menciptakan melodi lagu bagus dan lagunya menjadi popular dengan proses secepat itu?.

IA: Ya  kalau lagi mood, kita bikin apapun pasti cepet, karena kayak ngalir aja, termasuk bikin lagu. Tapi kalau lagi nggak mood  biar setahun juga nggak jadi jadi, Bener nggak?.  (jawab Ian sambil tertawa).

VM: Terus Mas Ian kepikir nggak kalau lagunya bakal sepopuler ini?.

IA: Kalau saya nggak pernah berpikir bakal populer apa nggak. Tetapi sebagai seoorang penulis/pencipta lagu ya nulis aja, masalah popular apa nggak itu kan masyarakat yang nilai. Cuma saya nilai kalau lirik yang ditulis Mas Taufik ini sangat bagus. Orang sering  nggak kepikir bisa bikin lirik dengan tema seperti itu. Apa yang mas Tafik tulis itu bener-bener  cerminan kehidupan nyata masyarakat kita, Yakan..?. (terang Ian sambil balik Tanya ke VM).

VM: Bener juga sih mas.

IA: Coba lihat kehidupan masyarakat kita, banyak banget yang serba pura-pura, dari yang sepele misalnya ketika bertamu  disuguhi makanan, kemudian tuan rumah tanya sama kita, enak nggak makanannya?, pasti kita akan jawab enak. Padahal makanan itu sebetulnya nggak enak. Hahahaha..!.

Bisa juga kalau atasan atau pemimpin yang nanya tentang kebijakannya, untuk menyenangkan atasan kita atau pemimpin kita, walau kebijakannya itu buruk kita sering mengungkapkan hal-hal yang sebaliknya. Hal ini juga terkadang berlaku dalam kehidupan rumah tangga, iya kan..?. Coba kalau dilihat dari penggalan lirik lagu Panggung Sandiwara “ Ada peran wajar, dan ada peran berpura-pura” bener nggak?.

VM: Bener banget mas, hehehe…!.  Nah  kalau lagu Rumah Kita prosesnya seperti apa mas..?

IA: Ha..ha..ha.., Nah.., ini lain lagi.

VM: Maksudnya mas..?

IA: Ini lagu sebenernya cermin kehidupan pribadi saya dan keluarga.

VM: Lho, kok bisa?.

IA: Jadi gini, Rumah Kita itu sebenernya menggambarkan perjalanan saya terjun di dunia musik. Saya memutuskan meninggalkan kota Malang yang sebenernya enak dan apa aja da istilahnya, terus pergi ke Jakarta  yang penuh dengan ketidak pastian. Makanya kalau kamu perhatikan penggalan liriknya ada “ Haruskah kita beranjak ke kota (Jakarta maksudnya) yang penuh dengan Tanya..?”, iya kan..?.

Itu sebenernya kejadian nyata yang aku alami, karena ketika di Jakarta memeng ternyata susah, tidak seperti yang saya bayangin, bahkan hampir kayak frustasi gitu lho ngadepin kehidupan nyata di Jakarta. Sampek kita itu tanya ke orang-orang kira-kira  kata-kata yang pas untuk menggambarkan  bunga yang identik dengan orang kampung itu apa (Timpal Titik Antono) sang Istri, terus kita pilih “Bunga Bakung” untuk mewakili bunga yang umum tumbuh di desa. Kemudian bunga anyelir dan melati yang menggambarkan kehidupan orang berada di kota.

VM: Wehhh.., seru juga ternyata yam mas?.

IA: Ya itulah knyataan, makanya kadang-kadang kita berpikir seperti dalam lirik itu “ Lebih baik disisni, rumah kita sendiri, Segala nikmat dan karunia yang Kuasa, Semuanya ada disini”. Dan itu memang bener, ngapain kita pergi ninggalin rumah di Malang yang enak dan cukup  kalau  hanya untuk mencari susah yak an..?. Sementara kalau kita mau pulang kampung dengan membawa kegagalan malu. Ha..ha..ha..!!

VM: Dahsyat juga makna lirik dan lagu itu mas. Terus prosesnya berapa lama untuk menciptakan lagu Rumah Kita?.

IA: Nggak lama juga, mungkin sekitar dua hari.

VM: Lagu itu memang sengaja diciptakan untuk God Bless atau untuk yang lain?.

IA: Ya, aku buat memang untuk Iyek (Achmad Albar), karena cocok dengan karakter vokal Iyek. Karena kita sedang dalam rencana bikin album “God Bless Semut Hitam” tahun 1988 maka lagu itu buat God Bless.

VM: Seperti halnya lagu Panggung Sandiwara, apakah kepikir sama mas Ian kalau lagu itu bakal hits dan digemari semua lapisan masyarakat pecinta musik.

IA: Tidak pernah berpikir kesitu, pokoknya kalau saya buat lagu diusahain sebagus mungkin (itu menurut aku ya?), terus memilih notasi-notasi yang gampang dan masuk di hati masayarakat kita pada umumnya, terus sebisa mungkin  lagu itu gampang juga  dinyanyiin orang, gituaja.

VM: Yang terakhir bih mas, mas saking populernya lagu “Rumah Kita” kan dipakai buat  iklan sebuah pruduk, bagaimana menurut mas Ian?.

IA: Ya nggak papa, artinya mungkin saja mereka menilai lagu itu cocok dan bisa mewakili kehidupan masyarakat atau imege produk, selama tidak merubah atau merusak lirik dan  lagu aslinya. Bahkan menurut saya lagu “Rumah Kita” yang sbenernya berawal dari kisah pribadi, jadi bermakna lebih luas. Bisa juga “Rumah Kita”  itu dimaknai sebagai suatu kota atau suatu daerah, atau bahkan satu negara.

VM: Wow, Salut Mas. Kami semua pecinta Indonesia musik menunggu karya-karya hebat lainnya yang akan lahir dari seorang Ian Antono.

Hingga saat ini Ian antono sudah lebih dari 48 tahun berkiprah jagad musik Indonesia, 44 tahun diantaranya bersama God Bless. Tak kurang  250 karya lagu telah ia ciptakan. Panggung Sandiwara dan Rumah Kita bukan satu-satunya lagu hits ciptaanya, tetapi masih banyak lagi lagu-lagu karya beliau yang hits dan sekaligus melambungkan penyanyinya, mulai dari  “Neraka Jahanam” (Duo Kribo), Selamat Pagi Indonesia, Bla-Bla-Bla,  (God Bless),  Tangan-Tangan Setan, Jarum Neraka, Gersang, (Nicky Astria), Preman (Ikang Fawzie), Menanti Kejujuran,Saksi Gitar Tua, kepala Dua (Gong 2000) dan masih banyak lagi.

Beberapa penghargaan yang pernah diraih oleh bapak dari 3 anak yaitu Stevanus Antono, Rocky Antono dan Monica Antono ini diantaranya: BASF Awards sebagai Arranger Terbaik untuk Album Gersang (Nicky Astria) 1987-1988. HDX Awards Untuk album Buku Ini Aku Pinjam (Iwan Fals) 1989. BASF Awards 1990 Album Bara Timur Gong2000, sebagai Album Terlaris. HDX Awrds Album Laskar (Gong 2000) 1994 sebagai Album Terbaik, dan  Diamond Achievement Award atas dedikasi dan prestasi yang tinggi di industri musik pada tahun 1995.

Penghargaan yang pain gress adalah,  Ian bersama God Bless menyabet  2 penghargaan AMI Awards kategori Duo/Grup/Kolaborasi Rock, God Bless berhasil unggul dari Gugun Blues Shelter, Saint Loco ft. Iwa K & DJ Tius, The Changcuters, hingga Slank. Sedangkan, untuk kategori Album Rock, ‘Cermin 7’ milik God Bless mengalahkan album milik Gugun Blues Shelter, Kotak, Piston, hingga Slank./

No More Posts Available.

No more pages to load.