Keyakinan ‘Guru Ngaji’ Akan Indahnya Sebuah Keikhlasan

oleh
oleh

JAKARTA, VoiceMagz.com – Lewat alur penuturan drama keluarga, kehidupan nyata dan komedi yang silih berganti tampil, film ‘Guru Ngaji’ berusaha menampilkan toleransi dan keikhlasan dalam mengarungi hidup yang keras.

Dilema antara upaya memenuhi periuk nasi dan tugasnya seorang guru mengaji diceritakan dengan apik dan riil dalam film besutan sutradara Erwin Arnada ini.

“Kenapa harus malu Mas, jadi badut itu halal. Yang penting kamu nggak nipu, nggak nyolong,” ujar Sopia (Dewi Irawan), istri Mukri (Donny Damara), guru ngaji yang harus berprofesi ganda sebagai badut pasar malam bersama Parmin (Ence Bagus), sahabatnya saat profesinya itu terbongkar.

Kalimat Sopia di atas sudah menyiratkan sebuah keikhlasan orang terdekat Mukri akan sebuah kenyataan berat. Mukri tak ingin jadi bahan tertawaan murid-murid ngajinya saat ia diketahui jadi badut penghibur.

Namun keikhlasan itu masih butuh jalan panjang. Kehilangan respek dari dari warga satu desa, ditambah pekerjaannya sebagai badut silih berganti menemui sandungan membuat hidup Mukri sekeluarga semakin sulit. Namun lagi-lagi, keikhlasan dan kesabaran serta tawakal memberi hasil yang tak diduga-duga.

Film ini juga menampilkan tentang keberagaman dan toleransi beragama yang ditunjukkan antara Mukri dan Koh Alung (Verdi Solaiman), bosnya di pasar malam. Mukri tak segan menjadi badut penghibur anak-anak panti asuhan saat gereja Koh Alung mengadakan perayaan Natal dan Tahun Baru.

Dan akhirnya, Anda harus melihat keikhlasan dan toleransi dalam mengarungi hidupnya yang keras, berbuah hasil manis bagi Mukri sekeluarga.

Jangan ragu jika Anda harus merasa sembab akibat bulir-bulir air mata tanpa sadar mengembang saat menonton film ini.

Film produksi Chanex Ridhall Picture yang tayang 22 Maret 2018 ini memang coba memberi tahu bagaimana hidup harus diarungi dengan keikhlasan yang lebih berat untuk dilaksanakan ketimbang diucapkan. (NVR)

No More Posts Available.

No more pages to load.