Oleh: Irish Riswoyo
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh,..Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan, Walau tapak kaki, penuh darah… penuh nanah
Seperti udara… kasih yang engkau berikan, Tak mampu ku membalas…ibu…ibu
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu, Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku, Dengan apa membalas…ibu…ibu….
Seperti udara… kasih yang engkau berikan, Tak mampu ku membalas…ibu…ibu …
Itulah penggalan lirik lagu dari Iwan Fals, yang secara emosional mengungkapkan betapa cintanya sang Maestro ini terhadap Ibunya. Maknanya tentu bukan saja bagi ibundanya saja, tetapi kepada para ibu-ibu di seluruh dunia yang telah berjuang keras untuk putra-putrinya, dengan balutan kasih saying sejati.
Iwan fals tentu bukan satu-satunya pencipta lagu dan penyanyi yang menuangkan perasaanya terhadap seorang ibu lewat karya musiknya. Tetapi banyak seniman musik yang juga mengungkapkan perasaan itu lewat Bahasa dan kata-kata yang berbeda, serta notasi yang berbeda pula.
Kita masih ingat bagaimana musisi dunia asal kota Liverpool yang merupakan motor dari band The Beatles almarhum “ John Lenon”. Beliau mengungkapkan kecintaanya terhadap sosok seorang ibu dengan sangat ekspresif lewat karyanya yang berjudul “ Mother”, meski maknanya amat berbeda dengan apa yang dituangkan oleh Iwan Fals.
Dua nama musisi diatas adalah hanya sebagai contoh saja bagaimana beliau mengungkapkan perasaanya terhadap seorang ibu melalui karya musik atau lagu. Masih banyak lagi para musisi/penyanyi yang mengungkapkannya lewat lagu, diantaranya Mywood (Mother How are You Today), Mama, (Rinto Harahap), Bunda ( Melly Goeslow) hingga si Raja dangdut Rhoma Irama lewat lagunya (Keramat) dan lain-lain.
Mencintai sosok Ibu sudah diajarkan sejak dini. Bahka sejak kita masih duduk dibangku TK atau SD dulu sudah diajarkan pula bagaimana jasa seorang ibu terhadap kita lewat nyanyian. Masih ingatkah dengan penggalan lagu ini?. Kasih ibu.., Kepada beta. Tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi, tak harap kembali. Bagai sang surya menyinari dunia..! Begitulah kira kira gambaran kasih saying seorang ibu, “Bagai Sang Surya Menyinari Dunia”, yang tidak pernah berharap dunia (bumi) akan menyinari Sang surya (mata hari).
Mengapa Lahir Hari Ibu di setiap tanggal 22 Desember.?
Ibu adalah sosok bak Malaikat di alam nyata, Kasih sayang dan ketulusan seorang ibu terhadap anaknya tak pernah terbalaskan oleh apapun, dan oleh siapapun. Kasih sayangnya sejati, tanpa berharap balasan apapun. Doanya yang terucap dari mulutnyapun selalu bermuatan kebaikan. Tak satupun seoarang ibu sejati yang keadaan normal berdoa untuk mencelakakan anaknya.
Kebesaran jasa seorang Ibutelah memunculkan adanya hari penghormatan, yaitu hari Ibu. Disetiap negara tentu berbeda hari,tanggal serta berbeda cara untuk menghormatinya. Di Indonesia ditetapkan tanggal 22 Desember dalam setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Ibu. Hari ini adalah tanggal yang dimaksud, yaitu 22 Desember, jadi seluruh rakyat Indonesia secara bersama-sama memperingatinya sebagai Hari Ibu.
Cara kaum Adam untuk menghormatinya tentulah berbeda-beda, tetapi banyak juga kesamaan cara untuk memperingatinya,. Misalnya dengan memanjakan kaum Hawa dan memberi kebebasan dari tugas domestik yang sehari-hari dianggap merupakan kewajibannya, seperti memasak, merawat anak, dan urusan rumah tangga lainnya.
Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Konggres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, bertempat di gedung yang kemudian dikenal sebagai Mandalabhakti Wanitatama di Jalan Adisucipto Yogyakarta. Konggres itu dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Setelah itu Kongres selanjutnya diadakan di kota Jakarta dan Bandung.
Dalam sejarah Bangsa Indonesia sejatinya organisasi perempuan sendiri sudah ada sejak masa pendudukan Belanda, yaitu sejak tahun 1912. Terbentuknya organisasi perempuan itu diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain, yang kemudian dijadikan sebagai tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia.
Penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia ke III pada tahun 1938 oleh Presiden Soekarno, melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959. Sejak itulah setiap tanggal 22 Desember hingga hari ini selalu diperingati sebagai “ Hari Ibu”, dan dirayakan secara nasional. Misi diperingatinya Hari Ibu pada awalnya lebih untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini. Dari situ pula tercermin semangat kaum perempuan dari berbagai latar belakang untuk bersatu dan bekerja bersama-sama.
Pencapaian yang cukup penting atas perjuangan kaum wanita itu berbuah manis, Pada tahun 1946 di kabinet republik ini untuk pertamakalinya seorang wanita menduduki jabatan sebagai menteri, beliau adalah Maria Ulfah Santoso. Wanita kelahiran Serang Banten 8 Agustus 1911 ini menjabat sebagai Menteri Sosial Republik Indonesia.
Hari Ibu Di Era Moderen
Persamaan derajat kaum wanita di era modern seperti sekarang ini hampir merasuki setiap sendi sendi kehidupan masyarakat. Wanita tidak hanya sebagai Ibu Rumah Tangga yang hanya menjalankan tugas rutin seperti; Melahirkan, mengasuh anak, memasak, mencuci dan sederetan tugas rumah tangga lainnya. Tetapi buah perjuangan para wanita pendahulu telah mengantarkan wanita bisa menduduki orang nomor 1 di Republik ini. Seperti yang dicapai dan ditunjukkan Megawati Soekarno Purti beberapa tahun lalu. Megawati hanyalah salah satu contoh saja, tetapi emansipasi telah membawa para kaum wanita menduduki jabatan-jabatan penting lainnya misalnya; menjadi Menteri, Gubernur, Bupati dan jabatan-jabatan publik strategis lainnya.
Kita harus akui, meski hidup dijamam modern bukan berarti setiap kaum Hawa pasti beruntung. Banyak juga yang kurang atau tidak beruntung. Tidak sedikit Wanita yang harus bekerja keras menyamai atau bahkan melampaui kerasnya pekerjaan yang digeluti kaum laki-laki. Mereka harus mencangkul, memecah batu, menjadi kernet, menjadi tukang parkir dan sejumlah pekerjaan berat lainnya.
Apapun yang dilakukan oleh seorang ibu patut kita apresiasi yang setinggi-tingginya, Beliau sudah berusaha keras untuk memberikan yang terbaik bagi putera puterinya. Semangat setiap orang tua selalu sama, jika orang tuanya bodoh, maka anaknya harus pintar. Jika orang tuanya miskin, maka anaknya harus cuku atau kaya. Oleh karenanya terkadang seorang Ibu rela bekerja keras untuk membantu Suaminya, agar bias menyekolahkan anak yang setinggi-tingginya. Dengan tujuan kelak akan menjadi orang yang pintar dan memiliki derajat.
“ Kasih ibu sepanjang masa, sedang kasih anak sepanjang galah”. Mungkin ada benarnya ungkapan itu. Bagaimana tidak, kita sebagai anak terkadang sering menyakiti nya, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Baik secara lisan maupun perbuatan. Mari moment Hari Ibu ini kita jadikan bahan perenungan, untuk lebih mencintai dan memuliakan seorang Ibu. Jika Ibumu masih hidup maka peluklah ibumu sekarang, Cium Tangan dan keningnya, doakan kesehatan dan keselamatannya. Bersyukurlah karena Ibumu masih diberkahi kesehatan dan umur panjang, sehingga masih berada diantara kalian. Namun jika seandainya ibumu sudah tiada, maka hendaklah kunjungi pusaranya, seraya menghaturkan untaian doa mohon kepada Tuhan YME dari hati yang paling tulus, Semoga mendapatkan tempat yang layak disisi-Nya. “ SELAMAT HARI IBU 2013”. Foto: Istimewa