Upaya Sejajarkan Sejarah Dengan Kebutuhan Milenial Ala ‘Stadhuis Schandaal’

oleh
oleh

JAKARTA, VoiceMagz.com – Dua kurun waktu ditampilkan dalam film terbaru karya sutradara senior Adisurya Abdy, ‘Stadhuis Schandaal’. Masing-masing, setting zaman kolonial pada abad ke-16 dan masa kini nan millenial.

Nilai sejarah dengan pendekatan kekinian agar dapat diterima oleh kaum millenial menjadi salah satu tujuan utama film ini dibuat. Bahasa mudahnya adalah upaya mensejajarkan sejarah dengan pedekatan kekinian.

Cerita yang diangkat berakar dari cinta terlarang yang terjadi di era kepemimpinan Gubernur Jenderal Belanda Jan Pieterzoon Coen antara seorang gadis anak petinggi pejabat Belanda bernama Sara (Tara Adia) dengan seorang perwira rendah. Tentu saja kisah cinta tersebut tak bisa berjalan mulus, dan harus terpisah dengan tragis.

Kisah ini pun berlanjut di era milenial, saat seorang mahasiswi bernama Fei (Amanda Rigby) melakukan riset di museum Fatahillah untuk menyelesaikan tugas kuliahnya. Di dalam museum yang dulunya adalah balaikota Batavia bernama Stadhuis inilah Fei didatangi Sara, gadis blasteran Belanda – Jepang.

Suatu hari, setelah pulang dari Shanghai, Fei kembali mendatangi gedung museum Fatahilah. Tiba-tiba Sara kembali muncul dan membawa Fei masuk ke lorong waktu menuju abad 16, masa kepemimpinan Jan Pieterzoon Coen memerintah Batavia. Dari sinilah konflik yang memiliki keterkaitan dengan kehidupan Fei di era milenial bermula.

Pemanfaatan teknologi Computer Generated Imagery (CGI) yang dominan terjadi di film yang juga mengambil lokasi syuting di Shanghai, China ini.

“Di film ini, saya berusaha maksimal, baik dari unsur cerita dan teknologi. Hasrat dan selera penonton terus berubah. Ketika film memasuki zaman milenial, kami juga hadir di era kekinian,” kata Adisurya Abdy di sela pemutaran perdana ‘Stadhuis Schandaal’ di Jakarta, Jumat (20/7).

Walau begitu, beberapa penggambaran masih lolos dari efek CGI yang mulus. Belum lagi dialog yang masih kaku dan sempat membuat aneh saat terdengar diucapkan para pemain harus menjadi catatan khusus buat Abdy.

Lalu bagaimana akhir cerita film yang tayang mulai Kamis (26/7) dan didukung oleh Haniv Hawakin, Volland Volt, Mikey Lie, Anwar Fuady, George Taka, Rowiena Umboh, Rensy Millano, Tio Duarte, Septian Dwi Cahyo dan Ricky Cuaca ini?

Semoga sisi sejarahnya tak sekadar jadi tempelan untuk jualan romantisme anak milenial belaka. (NVR)

No More Posts Available.

No more pages to load.