JAKARTA, VoiceMagz.com – Ajang Forum Zakat Dunia atau World Zakat Forum (WZF) 2018 segera digelar di Malaysia, 5-6 Desember 2018.
Ada cerita menarik dibalik acara yang 70 persen di inisiasi oleh Indonesia ini. Seharusnya ajang ini digelar di Bosnia pada Maret lalu.
Namun, karena satu alasan, Bosnia sebagai tuan rumah mengundurkan diri. Dan untungnya, Malaysia menyanggupi menjadi tuan rumah dengan syarat, ajang ini digelar setelah pemilu Malaysia selesai.
“Pihak Malaysia ingin menunggu sampai terbentuk pemerintahan yang pasti, mulai dari Perdana Menteri sampai Chief of Miniatur di negara-negara bagian,” ungkap Sekjen WFZ yang juga Ketua BAZNAS, Bambang Soedibyo di Jakarta, Kamis (29/11).
Ajang ini dikatakan Bambang, berusaha mendorong penguatan kerja sama antar-organisasi pengelola zakat di dunia untuk mewujudkan kesejahteraan umat.
“Inilah tema utama dalam WZF International Conference 2018 yang digelar di Melaka, Malaysia kali ini,” ujarnya.
Acara ini akan dihadiri oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional RI, Prof. Dr. Bambang P.S. Brodjonegoro dan Menteri Agama Malaysia, Dr. Mujahid Yusof Rawa serta 31 pembicara dari 16 negara seperti Inggris, India, Nigeria, Bosnia-Herzegovina dan Afrika Selatan.
Para pegiat zakat dunia ini akan memberikan materi di depan 300 peserta dari berbagai negara.
Bambang menambahkan, gerakan zakat global dapat mengambil peran penting dengan mendistribusikan dan memberikan bantuan bagi mereka yang kurang mampu baik secara finansial maupun non-finansial.
“Dunia Islam akhir-akhir ini menghadapi masalah kompleks serta tantangan yang datang dari internal dan eksternal seperti stigma dan stereotip negatif mengenai berbagai masalah menyebabkan muslim menjadi korban diskriminasi dan tekanan. Dari internal, di antara sesama muslim, banyak yang minim kepedulian kepada muslim yang kurang mampu,” katanya.
Fakta yang terjadi, kemiskinan di dunia ditemukan di banyak negara-negara muslim, sehingga melemahkan posisi dunia muslim.
Hal ini diperburuk dengan keterbelakangan di sektor pendidikan, sains dan teknologi, ditambah kapasitas sumber daya manusia yang lebih lemah.
“Untuk menjawab berbagai masalah tersebut, kehadiran zakat seharusnya dapat menjadi modal strategis bagi dunia islam untuk melepaskan diri dari ketergantungan jangka panjang dari negara-negara barat atau dari belahan bumi utara yang menjadi perpanjangan tangan kolonialisasi wajah baru,” katanya lagi.
Kebangkitan dunia muslim harus dimulai dari keberhasilan menyelesaikan masalah umat secara mandiri, mandiri di antara dunia muslim sendiri dengan cara memperkuat peran zakat sebagai ‘senjata sosial-ekonomi’ untuk digunakan dalam menghadapi kapitalisme dan liberalisme.
Penggunaan zakat harus memiliki arti strategis untuk memperkuat ukhuwah (persaudaraan), kolaborasi, dan solidaritas di antara bangsa-bangsa mjslim untuk mencapai tujuan bersama.
Selain itu, gerakan zakat global juga dapat mendukung pengembangan aspek dasar manusia, seperti sektor kesehatan dan pendidikan.
Berbagai tema akan dibahas, seperti Kerangka Peraturan dan Kelembagaan Zakat, Tujuan Zakat dan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), Penilaian dan Pengukuran Sistem Zakat, Masalah Fiqh-zakat kontemporer dan kerja sama zakat antarnegara.
“Ini 70 persen inisiasi Indonesia. Kalau secara keseluruhan, 90 persen tema yang dibahas dalam ajang ini inisiasi dari Indonesia dan Malaysia,” ujar Bambang. (NVR)