JAKARTA, Voicemagz.com—Setelah menggelar acara Diskusi Musik dalam rangka memperingati Hari Musik Nasional di Theatre Kecil, Taman Ismail Marzuki akhir Maret lalu, kini Forum Wartawan Hiburan Indonesia (Forwan) bermitra dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggelar dialog film nasional dengan tema Kearifan Lokal Sebagai Kekuatan Produk Film Indonesia Ditengah Penetrasi Budaya Asing, pada Rabu (24/5) di Hotel Santika, Slipi, Jakarta.
Dalam acar yang digelar dari jam 10 WIB hingga pukul 16.00WIB itu menghadirkan beberapa narasember seperti; Tino Saroenggalo Penggiat film) Maman Wijaya (Kepala Pusat Pengembangan Perfilman), Ody Mulya Hidayat (Eksekutif Produser Maxima Pictures),Ichwan Persada ( Produser) dan Bella Luna (pemain film).
Dalam dialog tersebut memunculkan banyak alternatif solusi untuk menumbuhkan minat para pembuat film, agar terpacu baik dalam skala kualitas maupun kwantitas untuk selalu mengangkat dan menggunakan, atau mengaplikasikan kearifan lokal dalam setiap karya filmnya. Misalnya dengan membuat regulasi dan kemudahan-kemudahan bagi para pembuat film, yang menyangkut perizinan dan biaya lokasi.
Sebetulnya kalau kita jeli dalam mencermati, kearifan lokal sejatinya sudah sejak lama menjadi kekuatan produksi film-film nasional sejak perfilman Indonesiaitu ada. Baik berupa adat istiadat, cerita legenda, maupun lokasi pengambilan gambar. Namun siring berkembangnya tatanan masyarakat dan trend, ada yang merasa khawatir kalau muatan lokal itu akan terkikis dengan maraknya para pembuat film lebih yang lebih senang malakukan shooting atau pengambilan gambar di luar negri.
Menurut pengamatan voicemagz, sebetulnya hal itu tidaklah perlu dikhawatirkan, sebab pengambilan gambar diluar negeri itu prosentasinya masih sangat kecil. Selain itu tak banyak juga perusahaan pembuat film yang melakukan pengambilan gambar diluar negri. Banyak hal yg menjadi alasan, selain kondsi biaya produksi yang akan menjadi lebih mahal, juga apabila cerita sekenarionya tidak mengangkat tema luar negri, maka tidak perlu juga shooting dilakukan diluar negri.
Salah satu yang bisa memperkuat konten kearifan lokal adalah, dengan mengadakan riset budaya, riset adat istiadat, dan geografis. Sebab dengan hal tersebut diyakini akan memperkaya idea tau gagasan cerita penulisan sekenario bagi para filmmaker.
Selain riset tentu saja yang terpenting adalah kemauan kuat dari para pemilik dana (cukong), sehebat apapun riset yang dilakukan dan digasilkan tentu tidak akan berarti apa apa jika para pemodal tidak mau membiayai atau mengucurkan dananya untuk membuat film bermuatan kearifan lokal.
Oleh karena itu peran pemerintah dalam hal membuat regulasi dan tata niaganya sangat diperlukan, agar para pembuat film ini bisa terus mengangkat kearifan lokal dalam flm filmnya. Selain itu perlu keterlibatan pemda setempat untuk memberikan akses dan kemudahan yang seluas luasnya bagi pembuat film untuk berekpresi dan bereksplorasi diwilayahnya.
Produser Film Ichwan Persada punya pengalaman menarik ketika akan membuat film di kota kelahirannya Makasar yang ia tuturkan dalam dialog fim tersebut.
“ Saya asli Makasar, saya puny aide untuk membuat film yang temanya mengangkat keraifan lokal di Makasar atau Sulawesi Selatan, Awalnya saya datang dengan menghadap pemda setempat dengan pemikiran bahwa akan dibantu oleh pemerintah setempat, okelah bantuan tersebut tidak dalam bentuk uang, tetapi saya berharap diberi kemudahan untuk ijin atau biaya lokasi dan lain lain, tetapi apa hal itu tidak terjadi, padahal pemda setempat seharusnya bangga jika kearifan lokalnya diangkat dalam sebuah film layar lebar”, terang Ickhwan.
Namun demikian, Ichwan juga tidak pukul rata bahwa semua pemda setempat berlaku sama seperti itu.
“ Memang tidak semua pemerintah setempat seperti itu ya, saya merasakan hal yang beda dengan yang terjadi di bandung dan Solo, pemerintah setempat saangat kooperatif dengan banyak memberikan kemudahan dalam hal regulasi perfilman. Kalau di Indonesia banyak pemimpin seperti itu tentu sangat bagus” pungkas Ichwan.
Dalam kesempatan yang sama Maman Wijaya juga menegaskan tentang Film dengan kearifan lokal film Indonesia yang banyak menang di ajang internasional.
“Film dengan konten kearifan lokal memiliki keunggulan tersendiri, maka tak heran kalau banyak yang memenangkan berbagai penghargaan diajang festival film Internasional. salah satunya adalah film Ziarah, film ini mendapat penghargaan Best Screenplay & Special Jury Award – ASEAN International Film Festival & Awards (AIFFA).
Sementara itu menurut aktor dan produser film Tino Saroenggallo, menggaris bawahi banyaknya unsure kearifan lokal yang bisa dimasukkan dalam sebuah penggarapan film.
“Film nasional kita sekarang tidak malu-malu lagi memakai bahasa daerah dalam produksi sebuah film, unsur kearifan lokal yang bisa dimasukkan yakni bahasa daerah, salah satu contuhnya adalah film Turah yang memakai bahasa Jawa Ngapak (Tegal).
Bicara kearifan lokal, di Indonesia banyak dan kaya ragamnya, tinggal dari sudut mana kita akan memasukkanya, bahkan musik tradisional juga bisa menjadi bagian dari itu. Masalahnya tinggal kita mau apa tidak?./Irish.