TANGERANG SELATAN, VOICEMAGZ.com – Jika anda bertanya adakah biola tua yang masih tersisa di Indonesia selain milik komposer WR. Soepratman?. Jawabanya ada, yaitu Biola Stradivari JB Vuillaume yang di buat di Paris pada 1829. Biola itu kini dimiliki oleh Tb Aria Bimaputra Sastradiwiria, yang merupakan generasi ke 4 kepemilikan biola tersebut, Ini historinya.
Histori Biola Stradivari JB Vuillaume telah menjadi pusaka berharga bagi keluarga Tubagus (Tb) Achmad Sastradiwiria sejak tahun 1829. Biola ini kini berada di tangan generasi keempat, menjadi saksi bisu perjalanan waktu dan melodi indah yang tercipta di dalam harmony keluarga ini.
Lebih dari sekadar instrumen musik, Biola Stradivari JB Vuillaume ini merupakan warisan budaya dan sejarah yang tak ternilai. Dihibahkan secara turun-temurun, biola ini menjadi simbol kasih sayang, tradisi, dan dedikasi keluarga Tubagus Achmad Sastradiwiria dalam menjaga keasliannya.
Kisah Biola Stradivari JB Vuillaume di keluarga Tubagus Achmad Sastradiwiria berawal dari sebuah penugasan di awal tahun 1900. Kakek buyut mereka, Schoolderman, diutus dari Belanda sebagai perwakilan dagang VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) ke Salatiga.
Bersama keluarganya, termasuk putrinya Wilhelmina Bernadina Schoolderman, Schoolderman menempuh perjalanan panjang dari negri Belanda ke tanah Jawa. Di sela-sela kesibukannya, biola kesayangannya, Stradivari JB Vuillaume, selalu menemani.
Beliau kerap memainkan alunan melodi merdu di saat senggang, mengisi hari-harinya dengan bermusik. Di beranda ini sang kakek buyut kerap bermusik, dan setelah beliau wafat biola Stradivari JB Vuillaume diamanahkan pada putrinya, Wilhelmina Berdina Schoolderman.
Pada tahun 1930-an, Opa Tb Achmad Sastradiwiria, yang merupakan putra dari bangsawan Banten, Tb Sulaiman Danadiwiria, menikah dengan Wilhelmina Bernadina Schoolderman. Opa Tb Achmad adalah seorang pengusaha, pianist dan violist sehingga beliau sangat berdekasi untuk merawat dan memainkan Biola Stradivari JB Vuillaume tersebut.
Setelah Achmad Sastradiwiria wafat, biola peninggalan Kakek Buyut tersebut diamanahkan pada putranya yang bernama Tb Muhammad Joesoef Sastradiwiria, dan beliau
merupakan ayah dari Tb Aria Bimaputra Sastradiwiria.
Sepeninggal ayah tercinta, tahun 1995, Tb Aria Bimaputra Sastradiwiria, sebagai putra terkecil diberikan amanah (dihibahkan) untuk meneruskan menjaga biola sang kakek buyut dengan segala orisinalitas spesifikasi biola tersebut hingga kini, termasuk kotak penyimpanan (Set part dalam hard case)
Biola milik keluarga Tb. Achmad Sastradiwiria telah dimainkan dan diverifikasi orisinalitas dan harmonisasi pada bunyi nya secara langsung oleh Iskandar Widjaya. Iskandar Widjaja adalah salah seorang virtuoso biola paling menarik di dunia perbiolaan. Iskandar adalah pemain biola kelas dunia” (menurut media Jerman ‘Stuttgarter Zeitung’) dan sebagai “bintang rock” (menurut The Jakarta Post), dia adalah putra dari pasangan keturunan Arab-Belanda (Ivan Hadar) dan Cina-Indonesia (Chin Wijaya) dan Cucu Udin Widjaya, pencipta lagu klasik terkenal di era presiden pertama RI Soekarno.
Iskandar juga muncul sebagai solois bersama orkestra seperti Sydney Symphony Orchestra, German Symphony Orchestra dan Konzerthausorchester Berlin, L’Orchestre de la Suisse Romande, Warsawa, Munich dan Shanghai Philharmonic Orchestras.
Verifikasi bunyi itu dilakukan oleh Tb Aria B.S saat berkunjung ke rumah Iskandar Widjaya di kawasan Cipete jakarta Selatan beberapa waktu lalu. Ia menyebut biola JB Vuillaume milik Tb Aria B.S ini brother sister dengan biola miliknya.
Kisah Biola Stradivari JB Vuillaume di keluarga Tubagus Achmad Sastradiwiria adalah bukti nyata bagaimana instrumen musik dapat menyatukan generasi dan melestarikan nilai-nilai budaya dan tradisi.
Keindahan bentuk dan suaranya menginspirasi para pewaris, bahwa benda bersejarah memiliki nilai lebih dari sebuah karya besar sang maestro biola, Jean Baptiste Vuillaume, 1829./Ib
