HKTI Ajak Promosikan Produk Unggulan Pertanian Indonesia

oleh
oleh

JAKARTA, VoiceMagz.com – Ajang Asian Agriculture and Food Forum (ASAFF) digelar mulai Kamis (28/6) hingga Sabtu (30/6) mendatang di Jakarta Convention Center (JCC).

Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) selaku penyelenggara ingin kegiatan ini bisa mempromosikan produk-produk unggulan pertanian di Indonesia.

“Kita memiliki produk buah-buahan tropis yang tidak banyak dimiliki negara lain. Tetapi keunggulan itu sampai saat ini belum terangkat dengan baik di tataran global. Kita memiliki durian yang bagus, manggis, apel yang sangat spesifik, pisang yang luar biasa. Semuanya bisa dibawa ke pasar internasional,” kata Ketua Umum HKTI, Moeldoko saat membuka ajang ASAFF, Kamis (28/6).

Moeldoko juga membeberkan sejumlah masalah yang kini dihadapai petani Indonesia. Salah satu tantangan utamanya adalah makin sempitnya lahan pertanian.

“Rata-rata nasional lahan petani kita 0,2 sampai 0,3 hektare. Lahan yang kecil itu juga rusak karena penggunaan pestisida dan pupuk anorganik yang berlebihan,” beber Moeldoko.

Selain itu, pengelolaan pasca panen juga menjadi tantangan tersendiri. Petani berpotensi kehilangan 10 persen hasil pertanian jika tidak dikelola dengan baik. Penggunaan teknologi, kata Kepala Staf Kepresidenan ini juga masih belum terlalu menyentuh proses pengolahan lahan.

“Manajemen. Petani tidak terbiasa dengan pendekatan manajemen. Mereka business as usual. Ya sudah seperti itu saja’,” ujar Kepala Staf Kepresidenan ini.

Permodalan pun dikatakannya juga masih menjadi kendala. Meski pemerintah sudah hadir dalam berbagai program untuk membantu permodalan petani, tapi masih saja petani sulit mengakses perbankan. Hal ini menurutnya juga harus dicarikan solusinya.

“Kalau bicara ketahanan pangan, yang terpenting barangnya ada. Masyarakat bisa menikmati dan harganya cukup stabil. Kalau itu terjadi, stok pangan nasional tidak boleh kurang,” terangnya.

Salah satu opsi untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan nasional, jika produksi dalam negeri tidak mampu mencapai targetnya adalah melakukan impor. Namun demikian, keran impor tentunya juga harus dilakukan berdasar data yang akurat.

“Kita harus paham bahwa kebutuhan nasional itu 2, 4 juta ton dalam satu bulan. Berarti kalau tidak bisa memenuhi itu kita harus impor. Kalau tidak impor ada persoalan besar yang dihadapi bangsa ini. Karena persoalan perut adalah persoalan yang sangat sensitif yang tidak bisa ditunda,” jelasnya.

Moeldoko juga berharap, melalui ASAFF negara-negara yang teknologi pertaniannya maju bisa mentransfer ilmu guna meningkatkan kualitas dan produktifitas petani Indonesia. (NVR)

No More Posts Available.

No more pages to load.