JAKARTA, VoiceMagz.com – Di Ramadhan tahun ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) merilis laporan hasil pantauan tayangan konten di televisi (TV) 10 hari pertama.
15 acara Ramadhan TV dipantau oleh 20 pemantau dari empat komisi MUI, masing-masing komisi Infokom, komisi Fatwa, komisi Dakwah serta komisi Kajian dan Pendidikan.
“Fokus pantauannya kepatuhan pada regulasi penyiaran, kesesuaian dengan fatwa MUI terkait penyiaran, komunikasi dan dakwah, kompetensi dan akhlak pengisi program siaran TV,” ujar Sekretaris Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI, Rida HR Salamah di Jakarta, baru-baru ini.
Pantauan tayangan konten Ramadhan di TV tahun ini sendiri adalah yang ke-11 sejak 2007. Pemantauan dilakukan oleh MUI bekerja sama dengan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Dari hasil pantauan tersebut, MUI merekomendasikan sejumlah tayangan yang perlu dihentikan. Rida menyebut, beberapa program dinilai melampaui kepatutan dan kepantasan program Ramadhan dan merekomendasikan pemberian sanksi berat berupa pemberhentian penayangan program.
“Beberapa program tersebut adalah, ‘Ramadhan di Rumah Uya’ (Trans7), ‘Brownis Sahur’ (Trans TV), ‘Ngabuburit Happy’ (Trans TV), ‘Sahurnya Pesbukers’ (ANTV) dan ‘Pesbukers Ramadhan’ (ANTV),” ujarnya.
Hal ini, lanjutnya, didasarkan beberapa temuan pokok hasil pantauan tayangan TV saat Ramadhan.
Sebaliknya, beberapa TV memperlihatkan komitmen serius menyiapkan program Ramadhan yang sejalan dengan standar siaran religi. TV tersebut di antaranya, Metro TV, TVRI, RCTI, SCTV, dan TVOne.
Sejumlah program kreatif, positif dan menjadi trendsetter juga muncul di beberapa TV, seperti di RCTI, Metro TV dan RTV di segmen khusus anak.
“(Tapi) di program berlabel Ramadhan atau istilah lain terkait Ramadhan, masih banyak ditemukan yang isinya, gaya pembawaannya, dan pilihan waktu tampilannya tidak sejalan dengan spirit Ramadhan,” ujar Rida.
Ia melanjutkan, hal di atas banyak terjadi pada program komedi, tayangan live atau program konser musik, dan sinetron. Trans TV, Trans7 dan ANTV masih mendominasi program yang paling banyak dikritik. Dia mengatakan, hal ini sangat disayangkan karena Trans Corp sebenarnya juga memproduksi sejumlah program positif.
Tak hanya itu, kualitas pemilihan pendakwah agama sebutnya, juga masih perlu terus dievaluasi. Satu sisi ada upaya dunia TV untuk merekrut mubaligh baru dengan mengedepankan aspek kompetensi dan integritas (akhlak). Namun, masih ditemukan beberapa pendakwah agama yang tidak terlalu jelas rekam jejak kompetensinya atau lebih mengedepankan aspek daya hibur sang figur.
“Pada beberapa program yang masih memperlihatkan kemauan pembenahan, MUI memberikan beberapa saran perbaikan,” pungkasnya. (NVR)