Ide pemilihan 33 Sastrawan Paling Berpengaruh ini berawal dari pembicaraan antara Ariany Isnamurti (Ketua harian Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin) Taman Ismail Marzuki Jakarta, dengan Jamal D Rahman (salah satu pengurus di PDS HB Jassin) didalam memanfaatkan koleksi yang dimiliki PDS HB Jassin.
“Untuk menentukan ke 33 tokoh Sastra paling berpengaruh itu, maka dibentuklah Tim yang terdiri dari 8 dinamakan TIM 8 mereka adalah adalah Jamal D Rahman (Ketua) dengan anggota Acep Zamzam Noor, Agus R Sarjono, Ahmad Gaus, Berthold Damshäuser, Joni Ariadinata, Maman S Mahayana, dan Nenden Lilis Aisyah” ujar Rini dalam jumpa pers dihadapan para wartawan di Taman Ismail Marzuki pada Jumat (3/1/2013).
Setelah melewati proses penelitian, penyeleksian dan penilaian dari ratusan nama tokoh sastra yang terdata di PDS HB Jassin, maka terpilihlah 33 Tokoh Sastra yang paling berpengaruh. Untuk menyeleksi tokoh sastra Indonesia yang paling berpengaruhn bukanlah perkara yang mudah, dan memakan waktu yang cukup lama.
Yang dijadikan dasar penilainnya adalah; 1.Melalui karya sastranya, gagasannya, pemikirannya, kiprahnya,tindakannya memberikan pengaruh, berdampak cukup luas khususnya pada dinamika kehidupan sastra umumnya pada dinamika kehidupan intelektual, sosial, politik, serta kebudayaan Indonesia yang lebih luas. 2.Tokoh Sastra Indonesia Warga Indonesia. 3.Tokoh yen berkiprah dalam rentang masa sejak awal abad ke 20 sampai sekarang. Tokoh tersebut bukan hanya seorang sastrawan, melainkan mencakup pribadi-pribadi yang dengan satu dan lain cara memberikan pengaruh pada kehidupan sastra atau kebudayaan Indonesia secara umum.
Ada 4 Kriteria dinilai seseorang tokoh sastra layak masuk dalam “33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh” yakni: 1.Pengaruhnya tidak hanya berskala lokal, melainkan nasional. 2. Pengaruhnya relatif berkesinambungan, dalam arti tidak menjadi kehebohan temporal atau sezaman belaka. 3.Dia menempati posisi kunci, penting dan menentukan. Dan, 4. Dia menempati posisi sebagai pencetus atau perintis gerakan baru yang kemudian melahirkan pengikut, penggerak, atau bahkan penentang.
Berikut ke 33 Tokoh Sastra Paling Berpengaruh yang terpilih berdasarkan tahun atau tanggal kelahiran; 1.Kwee Tek Hoay (1886-1952), 2.Marah Roesli (1889-1968), 3.Muhammad Yamin (1903-1962), 4.HAMKA (1908-1981), 5.Armijn Pane (1908-1970), 6. Sutan Takdir Alisjahbana (1908-1994), 7.Achdiat Karta Mihardja (6 Maret 1911-2010), 8.Amir Hamzah (20 Maret 1911-1946), 9.Trisno Sumardjo (1916-1969), 10.H.B. Jassin (1917-2000), 11.Idrus (1921-1979), 12.Mochtar Lubis (7 Maret 1922-2004), 13.Chairil Anwar (26 Juli 1922-1949), 14.Pramoedya Ananta Toer (1925-2006), 15.Iwan Simatupang (1928-1970), 16.Ajip Rosidi (31 Januari 1935), 17.Taufiq Ismail (25 Juni 1935), Rendra (7 November 1935-2009), 19.Nh.Dini (1936), 20.Sapardi Djoko Damono (20 Maret 1940), 21.Arief Budiman (3 Januari1941), 22.Arifin C. Noer (10 Maret 19441-1995), 23.Sutardji Calzoum Bachri (24 Juni 1941), 24.Goenawan Mohamad (29 Juli 1941), 25.Putu Wijaya (1944), 26.Remy Sylado (1945), 27.Abdul Hadi W.M. (1946), 28.Emha Ainun Nadjib (1953), 29.Afrizal Malna (1957), 30.Denny JA (4 Januari 1963), 31.Wowok Hesti Prabowo (16 April 1963), 32.Ayu Utami (1969), dan terakhir 33.Helvy Tiana Rosa (1970).
Dalam kesempatan yang sama Jamal menceritakan sulitnya menyaring 33 tokoh paling berpengaruh diantara begitu banyak sastrawan yang layak ditetapkan. “Tokoh yang terpilih mulai dari Kwee Tek Hoay (1886-1952), Pramoedya Ananta Toer, Chairil Anwar, HB Jassin sampai sampai dengan Helvy Tiana Rosa yang lahir tahun 1970. Sebagai Ketua Tim 8 ia harus, “Mnseleksi dan menentukan seorang aktivis yang menggerakan Indonesia Tanpa Diskriminasi melalui karya sastra yang sesungguhnya Helvy tak berminat menjadi penyair. Sedangkan seorang Denny JA, yang karyanya ‘Atas Nama Cinta’ baru terbit tahun 2012,” paparnyal.
“Tim 8 juga melakukan kajian dan debat yang melelahkan mengenai siapa yang harus terpilih dan siapa yang tidak. Subyektivitas tim juri tentu saja bermain. Namun karena delapan team juri ini memiliki reputasi dan bekerja secara independen pilihan subyektifnya dapat dipertanggung jawabkan secara akademik,” tambah Jamal.
Banyak tokoh yang terpilih yang memang sudah dikenal publik luas sebagai dewa sastra seperti WS Rendra, Sapardi Djoko Damono, Sutardji Calzoum Bachri, Chairil Anwar, Goenawan Mohammad, Sutan Takdir Alisjahbana, HB Jassin, dan Taufik Ismail. Namun ada pula tokoh yang selama ini kurang dikenal publik luas di dunia sastra. Yang menonjol adalah ikut terpilihnya Denny JA, seorang konsultan politik ternama, dan penggagas gerakan Indonesia Tanpa Diskriminasi dalam barisan tiga puluh tiga sastrawan yang berpengaruh.
Selaku ketua Tim 8 Jamal memberi alasan mengapa Denny JA terpilih? “Karena ia melahirkan genre baru dalam puisi Indonesia yang disebut genre puisi esai. Jenis puisi ini kini menjadi salah satu trend sastra muthakir yang sudah direkam dalam kurang lebih sepuluh buku. Genre puisi esai ini memancing perdebatan luas di kalangan sastrawan sendiri. Aneka perdebatan itu sudah pula dibukukan. Terlepas dari pro kontra pencapaian estetik dari puisi esai, pengaruh puisi esai dan penggagasnya Denny JA dalam dinamika sastra muthakir tak mungkin diabaikan siapapun,” tegas jamal.
Setelah berhasilan memilihi 33 tokoh sastra tersebut,maka Tim 8 menerbitkan dalam bentuk buku oleh Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) dengan judul yang sama ” 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh”. Buku tersebut diluncurkan bersamaan dengan apa yang di umumkan oleh Kepala Pelaksana Harian PDS HB Jassin,
Tujuannya adalah agar ada kesinambungan karya sastra yang tak luput dari peran serta para tokoh sastra yang mewarnai kehidupan masyarakat secara luas. Maka sudah sayogyanya diberi penghargaan dengan membuat sebuah buku tentang para tokoh sastra yang dimaksud, sehinga mereka disebut sebagai tokoh sastra paling berpengaruh dalam satu abad perjalanan sastra Indonesia.
Dalam hal apa saja dan dikalangan manasaja mereka berpengaruh, serta sejauh mana jangkauan pengaruh mereka, baik secara sosial, politik, maupun budaya? “33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh” ini menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Selain itu buku ini juga menawarkan perbincangan tentang tokoh-tokoh bangsa dari wilayah yang tidak selalu populer tapi menentukan tegak-tidaknya martabat suatu bangsa, yakni tradisi tulis dan kebudayaannya.
Dari ke 33 Tokoh Sastra yang di undang untuk menerima buku tersebut, hadir 4 tokoh sastra berpengaruh,yaitu; Remy Sylado, Wowok Hesti Prabowo dan Denny JA. Sedang yang sudah wafat diwakili oleh keluarganya,
Sebelum acara diskusi buku tersebut dimuali, Ketua Harian PDS HB Jassin Ariany Isnamurti berkesempatan (menyerahkan buku kepada Denny JA, salah satu dari 33 tokoh sastra Indonesia paling berpengaruh pilihan Tim 8, sebagai tanda peluncuran dan diskusi buku. (Yul Adriansyah)