JAKARTA, VoiceMagz.com – Lemahnya penghargaan terhadap karya musisi Indonesia masih jadi sebuah masalah klasik yang belum bisa terpecahkan hingga kini.
Hal itu berlaku pula pada karya-karya salah satu legenda musik Indonesia, Chrismansyah Rahadi atau yang akrab dikenal Chrisye.
“Di hari tuanya, pemusik Indonesia hidupnya susah. Penghargaan terhadap karya-karya mereka masih sangat minim,” ucap Ketua Komunitas Kangen Chrisye (K2C), Ferry Mursyidan Baldan di sela-sela pengumuman pemenang Lomba Penulisan Chrisye di Jakarta, Senin (9/4).
Di tahun ke 11 sejak kepergian Chrisye, mantan Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) ini melihat, apresiasi berupa royalti dari hasil karya pelantun lagu ‘Lilin-lilin Kecil’ ini masih belum maksimal.
Padahal, hingga saat ini, Chrisye masih menjadi tulang punggung keluarga pasca meninggal 11 tahun lalu. Walau jumlahnya tak banyak, istri Chrisye, Damayanti Noor masih menerima pemasukan dari royalti atau hasil penjualan album mendiang suaminya.
“Kami tetap hidup dari Chrisye,” kata wanita yang akrab disapa Yanti ini seperti dilansir dari CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
Tiap tahun, Yanti juga tak pernah absen menerima ajakan atau undangan membuat proyek tentang Chrisye. Dari hasil acara mengatasnamakan Chrisye itu, meski tak mematok harga, Yanti mendapatkan tambahan.
“Begitu Chrisye meninggal, saya patenkan hak cipta atas kekayaan intelektual Chrisye. Tapi tidak saya hargai, tapi secara hukum saya kuat. Jadi itu agar orang nggak seenaknya pakai nama Chrisye,” tutur Yanti.
Inilah maksud poin yang disampaikan Ferry di atas. Betapa masih menjadi penting perhargaan karya-karya Chrisye dalam bentuk royalti guna menghidupi keluarganya.
“Edukasi tentang hal inilah yang perlu terus ditanamkan pada generasi di Indonesia. Dimulai dengan hal-hal kecil terlebih dahulu,” pungkas Ferry yang akan menjadikan 30 karya tulisan Lomba Menulis Chrisye yang diikuti wartawan hiburan cetak dan online ini sebagai sebuah buku. (NVR)