Pejabat dan Anggota DPR Dapat Titipan dari ‘Jembatan Shiratal Mustaqim’, Apaan Tuh?

oleh
oleh

JAKARTA, VoiceMagz – Bagaimana jika koruptor yang kerap kita dengar tertangkap di layar televisi kini harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di alam baka?

Pertanyaan itulah yang coba dijawab lewat film terbaru produksi Dee Company bertajuk ‘Jembatan Shiratal Mustaqim’, sebuah karya horor religius yang memadukan kritik sosial tajam dengan renungan spiritual.

Disutradarai Bounty Umbara dengan naskah karya Alphadullah serta diproduseri Dheeraj Kalwani, film ini hadir berbeda dari horor religi pada umumnya.

Tak ada sosok hantu atau setan yang ditonjolkan, melainkan bayangan suram siksa neraka yang menunggu para pelaku korupsi.

“Setiap hari kita mendengar kabar tentang koruptor. Lalu bagaimana nasib mereka setelah mati? Dari situlah film ini lahir,” ungkap Dheeraj di gala premiere film ini di Jakarta, Rabu (1/10).

‘Jembatan Shiratal Mustaqim’ ini tak menawarkan jumpscare belaka, namun penuh nuansa mencekam yang hadir dari konsekuensi moral: korupsi yang merampas hak orang banyak.

Bercerita tentang Arya (Raihan Khan), seorang pemuda di daerah yang dilanda tsunami. Di balik tragedi itu, tersimpan kasus penggelapan dana bantuan.

Arya bersama ibunya (Imelda Therinne) berusaha menyelidiki, hingga kerap diteror dengan penglihatan mengerikan tentang jembatan Shiratal Mustaqim. Namun, setiap langkah mereka harus bertaruh nyawa.

Menurut Bounty Umbara, tantangan terbesarnya adalah menciptakan ketegangan tanpa harus mengandalkan sosok makhluk gaib.

“Film ini lebih berbicara tentang konsekuensi. Korupsi bukan hanya soal kejahatan dunia, tapi juga meninggalkan luka spiritual bagi keluarga dan bangsa,” jelasnya.

Didukung aktor papan atas seperti Imelda Therinne, Agus Kuncoro, Mike Lucock, Rory Asyari, Raihan Khan, hingga Eduward Manalu, film ini sarat pengalaman personal bagi para pemainnya.

Imelda Therinne mengaku proyek ini membuatnya merenung kembali soal keyakinan hidup setelah mati.

“Saya jadi bertanya lagi, apa benar semua perbuatan kita akan dipertanggungjawabkan kelak?” katanya.

Sementara Agus Kuncoro menekankan pesan moral yang kuat.

“Korupsi tidak hanya menghancurkan diri pelaku, tapi juga keluarga dan masyarakat. Film ini ingin mengingatkan kita soal itu,” ujar Agus.

Sedangkan Rory Asyari menyarankan pejabat Indonesia untuk menonton film ini agar bisa melihat kengerian siksa di akhirat. Dengan begitu, mereka bisa bertobat dan tidak korupsi.

“Film ini membawa pesan kalau berbuat jahat di dunia, akan ada ganjaran di akhirnya. Makanya saya minta kita ajak pejabat dan anggota DPR nonton film ini. Kan baik ya. Jadi saya titip ajak sebanyak mungkin penguasa nonton. Siapa tahu mereka berubah dan hidup kita jadi lebih baik,” kata Rory.

Saat pemutaran perdana. Angelina Sondakh, mantan politisi yang pernah tersandung kasus korupsi turut hadir. Kehadirannya sontak menyedot perhatian publik, seolah menghadirkan ironi tersendiri di tengah tema besar film ini.

Penonton yang hadir dalam pemutaran perdana sepakat bahwa film ini tidak hanya menghibur, tapi juga relevan dengan kondisi bangsa.

Film ini juga menjadi pengingat bahwa praktik korupsi bukan sekadar kejahatan finansial, melainkan dosa sosial serta spiritual yang meninggalkan jejak panjang dan akan tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia mulai awal Oktober 2025.

Bagi penonton yang mencari hiburan dengan lapisan makna, film ini bisa jadi tontonan sekaligus renungan: benarkah jembatan tipis menuju surga itu mampu dilintasi mereka yang menodai kejujuran? (RNZ)

No More Posts Available.

No more pages to load.