JAKARTA, VOICEMAGZ.com – Merek fesyen lokal SukkhaCitta mengawali langkah besar dalam upaya pelestarian lingkungan dan pemberdayaan perempuan melalui ekshibisi bertajuk Regenerasi. Pameran ini mengusung nilai-nilai kearifan lokal Indonesia untuk menciptakan masa depan yang berkelanjutan.
Pendiri SukkhaCitta, Denica Riadini-Flesch, menjelaskan bahwa ekshibisi ini akan berlangsung selama satu tahun hingga akhir 2025 di berbagai kota, termasuk Jakarta, Bali, dan Singapura. “Kami ingin mengajak masyarakat untuk mempraktikkan konsep give more than you take, terutama untuk bumi kita. Ini bisa dimulai dari kebiasaan sehari-hari seperti cara kita memilih pakaian,” ungkapnya dalam pembukaan pameran di Plaza Indonesia, Jakarta (22/11/2024).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021 menunjukkan bahwa Indonesia menghasilkan 2,3 juta ton limbah pakaian setiap tahun, dengan hanya 0,3 juta ton yang berhasil didaur ulang. Denica mengajak masyarakat untuk memperkecil lemari pakaian dan lebih bijak dalam memilih busana. “Beli pakaian itu bukan soal harga di awal, tapi soal berapa kali pakaian itu bisa digunakan,” ujarnya.
Sebagai upaya mendukung keberlanjutan, SukkhaCitta merilis koleksi berbasis regeneratif, di mana material busana sepenuhnya berasal dari alam dan mengikuti musim panen. Pada label koleksi ini, pelanggan dapat menemukan informasi tentang perawatan yang tepat dan estimasi usia pakai busana. Selain itu, SukkhaCitta juga menyediakan layanan perbaikan busana di toko fisiknya di Jakarta Selatan, termasuk opsi mengubah warna pakaian untuk memberi tampilan baru.
Creative Director SukkhaCitta, Anastasia A. Setiobudi, menambahkan bahwa regenerasi dalam fesyen juga melibatkan transparansi. “Fesyen regeneratif bukan hanya mengurangi dampak buruk, tapi menciptakan lebih banyak dampak positif. Mulai dari mengetahui siapa yang membuat pakaian hingga kondisi produksinya,” jelas Ana.
Di sisi lain, Ana juga berbagi tantangan dalam proses produksi busana regeneratif yang bergantung pada musim panen. “Kami harus bisa fleksibel. Inspirasi sering datang dari desa-desa. Misalnya, saat melihat tanaman indigo, saya terpikir untuk memanfaatkan warnanya,” katanya.
Vice President of Research & Development Paragon Technology & Innovation, dr. Sari Chairunnisa, menegaskan dukungan perusahaan terhadap eksibisi yang diadakan oleh SukkhaCitta. Menurutnya, Paragon dan SukkhaCitta memiliki visi yang sejalan, terutama dalam hal kepedulian terhadap lingkungan dan pemberdayaan perempuan. “Kami senang dapat mendukung kegiatan ini karena kami percaya regenerasi lingkungan adalah hal penting, dan produk kami juga dirancang dengan tanggung jawab terhadap lingkungan,” ujarnya.
Eksibisi bertujuan mengajak untuk berkontribusi dalam program MAMA TANAH, sebuah inisiatif yang dijalankan selama 4 tahun oleh Yayasan Rumah SukkhaCitta untuk memberdayakan perempuan di pelosok Indonesia, dengan menggabungkan teknik pertanian tradisional dengan teknologi modern untuk memulihkan kesehatan tanah. MAMA TANAH tidak hanya bertujuan untuk menangani perubahan iklim dan ketidaksetaraan gender, tetapi juga memberikan mata pencaharian yang berkelanjutan bagi para perempuan Indonesia Timur, agar dapat terus merawat tradisi adat nenek moyang.
Ekshibisi Regenerasi menjadi langkah SukkhaCitta untuk mengedukasi masyarakat tentang konsumsi fesyen yang lebih bertanggung jawab. “Keistimewaan kami bukan pada menjual sebanyak mungkin, melainkan membantu menyelesaikan masalah overconsumption dan overproduction,” tutup Denica./ Aly.