BANDUNG, VoiceMagz.com – Mewakili area Jabodetabek, band Clairvoyant dari SMAN 4 Tangsel berhasil menyabet juara kedua di ajang Pucuk Cool Jam Festival 2019 yang digelar di Lapangan Pusenif, Bandung, Jawa Barat pada Sabtu (9/3).
Band yang digawangi Mikael (lead gitar), Johanes (drum), Bayu (bass), Dandi (vokal), Shanaya (guitar rhtym) ini sesuai nomor undian tampil sebagai band yang pertama kali tampil di ajang tersebut dengan membawakan dua buah lagu berjudul ‘She Look so Perfect’ dari Five Seconds of Summer dan satu lagu wajib karya Iga Massardi
Meski berhasil meraih juara kedua, namun ada hal yang dirasa mengganjal bagi para personil dan guru pembimbing yang juga turut hadir mendampingi dalam acara tersebut. Mereka mengungkapkan kekecewaanya karena saat mereka (Clairvoyant) tampil dewan juri belum hadir secara lengkap.
“Kami bangga bisa meraih juara kedua, begitu juga dengan personil yang lain. Namun disaat yang bersamaan ada perasaan kecewa dengan pihak penyelenggara, karena saat kami tampil ternyata saya lihat jurinya belum lengkap. Dari ketiga juri yang ditetapkan oleh panitia, ternyata cuma ada dua orang yang hadir saat kami tampil yaitu Budi Sulistioyuwono dan Evelinn Kurniadi. Sementara juri yang satunya lagi yaitu M. Adri Prakarsa (drummer Nidji) belum hadir. Bahkan hingga kami selesia tampil beliau tak kelihatan,” ujar Mikael saat ditemui di sisi panggung usai tampil di Pucuk Cool Jam 2019 di Bandung, Sabtu (9/3).
Hal senada juga diungkapkan oleh sang vokalis, ia juga mengaku kecewa karena saat tampil nggak dilihat dan dinilai langsung oleh Andri Nidji.
“Jujur saja saya rada kecewa karena gak bisa dinilai langsung sama Adri Nidji, karena juri ke tiga itu belum datang jadi ya otomatis gak bisa dinilai langsung sama dia. Energi yang saya tampilkan di panggung pasti gak sampai jika hanya dinilai melalui video. Walaupun akhirnya kita dapet juara dua tapi tetep aja mereka kurang profesional dalam segi penilaian”. jelas Dandi, sang vokalis.
Menimpali apa yang disampaikan oleh Dandi, Mikael juga menambahkan,
“Memang juri ketiga bisa saja memberikan penilaian melalui video, tapi kendala pasti ada, apakah hasil rekaman videonya bagus? Itu kan masalah juga. Yang jelas kepuasan kami sebagai peserta jadi hilang, karena tidak disaksikan dan dinilai langsung dengan juri yang lengkap, itu masalahnya. Bagi kami jelas punya kebanggaan tersendiri jika perform kami sebagai band pemula dilihat langsung oleh musisi yang lebih senior, apapun hasilnya. Sementara lima band yang lain perform saat jurinya lengkap,” tambah Mikael.
Dalam kesempatan yang sama usai anak didiknya melakukan perform, Friendska Destrigitama sempat menyampaikan protes ke panitia. Mengapa anak didiknya tetap diminta main on schedule ketika juri belum lengkap.
“Saya sempat protes ke panitia, dan berdasarkan keterangan yang saya terima dari panitia kenapa hanya ada dua juri, karena satu juri yaitu Adri dari band Nidji sedang dalam perjalanan dan lomba harus tetap on schedule? Apakah tidak bisa ditunda sampai juri lengkap? Lalu mereka pun memberi kesaksian akan memberikan video dokumentasi band dari SMAN 4 Tangsel ketika final kepada Adri Nidji agar dapat melakukan penilaian yang objektif. Namun kebanggaan bagi anak anak tentu beda, mereka akan bangga dan terpompa semangatnya jika dilihat dan dijuriin secara langsung oleh juri yang lengkap,” jelas Friendska.
Menutup pembicaraan Mikael menambahkan, soal juri yang nggak lengkap ini bagi kami secara band bukanlah perkara kalah menang juga, tapi juga menyangkut profesionalisme penyelenggaraan dan kebanggaan kami sebagai peserta.
“Kita akan bangga dan semangat menjadi berlipat jika juri ketiga yaitu Andri Nidji ada didepan kita,” tutup Mikael.
Bagi mereka penilaian melalui video ternyata dirasa kurang pas. Sebab mengurangi kebanggaan mereka saat tampil di atas panggung. Jadi mereka akan merasa bangga dan termotivasi secara lebih, sehingga mampu mengeksplore kemampuannya jika dinilai secara langsung oleh juri yang lengkap. Apalagi jurinya sekelas Adri drummer dari band Nidji, tentu akan membanggakan bagi mereka.
Melihat kejadian ini, keprofesionalan panitia dalam hal skema penjurian tentu perlu mendapat perhatian lebih. Terlepas siapa yang salah hingga acara sudah mulai tetapi juri belum lengkap tentu menjadi ‘catatan tersendiri’ di acara sebesar Pucuk Cool Jam 2019 ini. Pasalnya, hal ini menyisakan kekecewaan bagi peserta yang tampil saat juri belum lengkap, yaitu SMAN 4 Tangerang, Selatan.
Band yang berhasil menjadi pemenang utama Pucuk Cool Jam 2019 berhak mendapatkan Trophy dan Grand Prize dengan Total senilai Ratusan Juta Rupiah, Scholarship SAE Indonesia dan berkesempatan merasakan pengalaman bermusik profesional berupa rekaman di studio musik SAE Indonesia dan pembuatan music video yang lagunya akan diciptakan oleh Iga Massardi. / Irish
Berikut susunan para juara dari 6 band dan 6 eskul finalis yang tampil diacara puncak Pucuk Cool Jam 2019.
Untuk kategori band
Juara 1, Langit Senja, SMA Dr Soetomo Surabaya
Juara 2 Clairvoyant, SMAN 4 Tangerang Selatan
Juara 3, Sixtysix Project, SMKN 2 Kasihan Yogyakarta
Kategori Ekskul
Juara 1 – Smadance, SMAN 2 Yogyakarta
Juara 2 – Diva Dance, SMKN 1 Samarinda
Juara 3 – EDc Crew, SMAN 8 Makassar.