Dalam penggarapan album, Aryo melibatkan beberapa kolaborator yang ikut ambil bagian, seperti Anda Perdana, Tanya Ditaputri, Ican Harem, dan Nabil Favian Hilliard.
Adapun Anda Perdana ikut bernyanyi dalam dua lagu, yang berjudul “Siklus Medusa” dan “Hiperrealita”. Aryo menyebut kolaborasinya dengan penyanyi yang dikenal lewat grup musik Bunga jadi yang paling menarik.
“Dari para kolaborator, yang paling menarik buat saya adalah mencoba menyintesiskan pitch dan tekstur secara elektronis suara Bang Anda yang karakternya, bagi telinga saya, pure rock dan folk. Mungkin hal ini belum pernah dilakukan sebelumnya,” kata Aryo Adhianto dalam keterangannya, Kamis, 11 September.
Dalam lagu “Siklus Medusa”, Aryo coba mengekspresikan bagaimana mall di Jakarta saat ini masih eksis dan makin menggurita, meski sudah hadir sejak 50 tahun lalu dan ‘diserang’ sistem berbelanja online yang marak dalam beberapa tahun terakhir.
“Saya pinjam istilah siklus medusa dari metabolisme spesies ubur-ubur yang mampu meregenerasi dirinya berkali-kali, sehingga dianggap tidak bisa mati. Hal ini tercermin pada lirik ‘Aku disini… Tak pernah mati… Aku mengabdi… Terima kasih.’,” ujar Aryo.
“Satir ini saya hadirkan sebagai refleksi atas perilaku suatu generasi yang ingin terus memegang kendali zaman, dengan cara meraksasa dan menggurita dalam rangka mengkerdilkan yang ada di sekitarnya. Namun biar bagaimanapun, saya (dan banyak warga Jakarta lainnya) masih merasa nyaman berada dalam pelukan raksasa-raksasa tersebut,” lanjutnya.
Adapun, album Nol Ke Mol merupakan catatan Aryo terhadap fenomena mall di Jakarta yang dialami, dirasakan, dan ditelusurinya sendiri.
“Karya-karya yang terakumulasi ini bukanlah percobaan untuk merangkai soundtrack tentang mall, melainkan cuplikan refleksi terhadap berbagai peristiwa dan gejala urban, yang secara langsung maupun tidak, lahir dan tumbuh akibat hadirnya mall,” katanya.
Kerangka pemikiran dan proses kreatif Nol ke Mall terilhami dari buku Delirious New York dan Junkspace karya Rem Koolhaas.
Dalam Nol ke Mall, Aryo mengusulkan untuk mempertimbangkan perjalanan mall yang beririsan dengan peristiwa sosial dan budaya yang layak untuk diperhitungkan sebagai faktor penentu keberlangsungan hidup bermasyarakat di lanskap multidimensi seperti kota Jakarta.
“Proyek album kedua ini sebenarnya berawal dari kumpulan puisi/syair/infografis yang saya kerjakan dari tahun 2022 dan rencananya akan dicetak menjadi zine di akhir tahun 2024. Dari tulisan-tulisan ini kemudian baru mendapat ide secara musikalnya dan saya garap menjadi 12 lagu,” tutur sang komposer.
Nol ke Mall disusun dengan teknik desain bunyi yang berbelok-belok dan sampling audio dari budaya populer beserta rekaman lapangan dari beberapa mall ikonik di Jakarta.
Lewat album terbaru, Aryo mengundang pendengarnya untuk berpartisipasi dalam fenomena ini melalui pengalaman sonik, bukan praktik spasial yang lebih dekat dengan keseharian kita./Mik.