Mungkin yang merasakan dan melewati masa remaja di era 80-an, masih ingat film serial ACI atau Aku Cinta Indonesia yang booming dan menjadi tontonan populer dijamannya oleh sebuah stasiun televisi nasional. Serial ACI yang bertemakan pengembangan nilai-nilai kepribadian anak dan remaja, sangat menarik dari sisi edukasi, seperti soal tanggung jawab, disiplin, kerja keras, kerjasama, toleransi, saling menghargai dan menghormati, persahabatan, dan sikap sportif.
Terinspirasi dari serial ACI yang sangat popular dengan unsur pendidikan karakter dan nilai-nilai kepribadian anak dan remaja ini, akhirnya Qasthalani Citra Film mengangkatnya kembali ke layar lebar dengan judul “Kau, dan Aku Cinta Indonesia”. Di sutradarai oleh Dirmawan Hatta, skenarionya ditulis oleh Husein M. Atmojo, serta produser Mochamad Adning, didukung pula sederet pemain, yaitu Jay Wijayanto, Diah Ekowati, Monica Setiawan, Igbal Zuhda Irsyad, Rizqullah Maulana Daffa, Amel Carla, Adinda, Aldo Aressa, Denada, Niken Anjani, dan Pong Hardjatmo ini, segera rilis pada 16 Januari 2014 diseluruh bioskop.
Mengambil lokasi syuting di lereng Gunung Merbabu, wilayah Kopeng, Kabupaten Semarang. Selain Kopeng, lokasi syuting lainnya di wilayah Boyolali dan Jakarta. Film ini, menceritakan tentang persahabatan antara Andi (Elang El Gibran), Cahaya (Zulva Maharani Putri) dan Ian (Imama Shihab). Mereka tingal di lingkungan alam yang indah. Dalam persahabatannya mereka harus melalui tantangan untuk bisa memiliki satu tujuan dalam bermusik di sekolah mereka.
Di desa banyak sekali pelajaran yang bisa diambil, terutama soal pendidikan karakter. Film ini ingin menyampaikan pesan moral, bagaimana sikap orang tua terhadap anak dan sebaliknya seorang anak terhadap orangtuanya, yang akhirnya mampu diselesaikan dengan baik. |Edo (Foto Istimewa)
Berikut Sinopsisnya.
Andi, Cahaya dan Ian (ACI) adalah pelajar yang dipertemukan sebuah desa yang dikuasai oleh pemandangan dua gunung dengan satu jalan yang menghilang ditengah-tengahnya. Mereka dipertemukan ketika Andi dan Ian yang sudah bersahabat sebelumnya, didatangi oleh seorang murid pindahan bernama Cahaya yang berasal dari Jakarta. Pertemuan mereka bertiga bukan hanya mengenai cinta dan pertemanan, tapi juga mengenai kecintaan akan musik dan budaya yang mereka punya.
Melewati sebuah proses yang panjang, mereka bertiga harus bersatu dengan Tiwi, Nanda, Bagas, Ichsan beserta teman-teman sekelas lainnya, yang sedang membentuk sebuah kelompok musik dengan paduan suara yang diperoleh dengan koreografi tarian tradisional dan harmoni indah alat-alat musik yang budaya telah wariskan kepada mereka. Dipimpin oleh seorang Guru musik bernama Pak Jay, mereka harus mengatasi semua masalah pribadi mereka sendiri sebelum mereka mampu bersatu untuk satu tujuan. Yaitu, musik dan kebersamaan.