JAKARTA, VoiceMagz.com – Ancol sebagai salah satu destinasi wisata di Jakarta sempat dikaitkan dengan wisata yang tak terjangkau oleh kantong masyarakat menengah ke bawah.
Padahal di masa lalu, Ancol sempat menjadi tujuan wisata favorit masyarakat Jakarta dan sekitarnya yang ingin menikmati wisata pantai.
Salah satu ciri khas kawasan wisata Ancol di masa awal berdirinya ditandai dengan dibangunnya Teater Mobil pada 1970.
Kemudian Ancol pun sempat menjadi saksi judi sempat dilegalkan di Jakarta dengan dibukanya tempat judi Copacabana di kawasan ini.
Perlahan, Ancol dibangun dengan sejumlah fasilitas yang lengkap. Namun seiring dengan pembangunan itu, Ancol pun kerap dikaitkan dengan wisata yang tak ramah di kantong kelas mengah ke bawah.
Ada anggapan bagi warga Jakarta, “mau menikmati rekreasi di pantai Jakarta saja kok harus bayar dan mahal”.
Namun, anggapan itu perlahan mulai coba dikikis. Ancol mulai ‘ramah’ terhadap masyarakat menengah ke bawah yang lengkap.
“Sekarang, masuk Ancol sudah bisa pakai KJP Plus bagi warga DKI Jakarta yang tergolong tak mampu. Kita juga sudah mengakomodir pedagang asongan, mereka di tata dengan rapi. Nelayan-nelayan yang punya perahu sudah kita bina agar perahu mereka lebih cantik untuk dipakai pengunjung. Dengan kata lain, Ancol sudah welcome buat menengah ke bawah,” ujar Komisaris PT Taman Impian Jaya Ancol (TIJA), Geisz Chalifah di Jakarta, Senin (14/1).
Dilanjutkan Geisz, tak cukup dengan hanya sudah terjangkau kelas menengah ke bawah saja, Ancol berusaha menjadi destinasi wisata yang lengkap bagi keluarga.
Tak hanya menjanjikan wisata bahari saja, Ancol lewat Ecopark-nya kini juga berupaya menampilkan wisata yang dekat dengan alam terbuka.
“Ada jogging track, jalur bersepeda, nuansa alam hingga outbound. Bahkan kalau ingin melihat kerbau mandi di sungai pun ada disitu,” paparnya.
Ancol pun coba lebih membenahi wisata resort yang ada di pulau-pulau sekitar pantai. Salah satunya adalah wisata resort yang ada di Pulau Bidadari.
“Ke depannya, kita akan coba tawarkan paket menikmati wisata yang ada di Ancol minimal tiga hari. Lengkap mulai dari wisata bahari, resort, alam terbuka dan wahana-wahana yang ada di Ancol,” jelas Geisz.
Dalam perkembangannya saat ini, Ancol-lah yang pertama kali di Asia Tenggara menerapkan metode imajinering dalam pembangunannya. Posisi Ancol memang tidak menguntungkan, karena berada di antara dua pelabuhan laut dan dikepung (kala itu) oleh slum area. Kendati posisinya dekat dengan kota tua.
Bisa dibayangkan posisi Ancol mirip dengan Nice – Antibes – LeCannet – Cannes di Perancis Selatan, terutama ketika pemerintah membangun bandar udara internasional Soekarno-Hatta, dan bandar udara Kemayoran tidak difungsikan lagi.
Tapi dengan inovasi-inovasi yang giat dilakukan saat ini TIJA selaku pengelola, ujar Geisz, tak takut untuk mencoba menyebut jika Ancol nantinya akan bersaing dengan Phuket di Thailand dan Universal Studios di AS.
Pembenahan dan inovasi-inovasi ini diarahkan untuk membuat Ancol tak hanya jadi destinasi wisata lokal saja, namun juga menjadi destinasi bagi turis mancanegara.
“Sudah lewat masanya Binaria dan mobil goyang. Ancol sudah ramah buat wisata keluarga,” pungkasnya. (NVR)