BANDUNG, VoiceMagz.com – Suara lantang mantan rocker era 80-an ini saat memberikan tausyiah kepada ratusan jamaah kini tak bakal lagi terdengar. Pria bernama panggung Harry Moekti ini meninggal di Rumah Sakit Dustira, Kota Cimahi, pada pukul 20.49 WIB, Minggu malam di usia 61 tahun.
Walau tak lagi bernyanyi sejak 1995, pembawaan pria ini tetap enerjik seperti ciri khasnya di atas panggung puluhan tahun lalu. Bedanya, lengkingan suaranya total dimanfaatkan bagi syiar agama Islam. Harry memang memutuskan keluar dari dunia keartisan saat namanya justru tengah berada di puncak popularitas.
“Saya tidak pernah menyesal meninggalkan dunia keartisan yang justru lebih banyak mudharatnya dan menyengsarakan,” ujar suami Ummu Haura ini saat menjawab pertanyaan dari seorang jamaah di sela tausiyahnya di Yogyakarta pada medio 2013.
Pelantun lagu ‘Satu Kata’ ini memang kerap berbagi pengalaman mengenai keputusannya meninggalkan dunia tarik suara setelah mendapat hidayah untuk hidup di jalan Islam.
“Materi cukup, popularitas juga saya dapatkan dengan mudah, tapi semua itu tak pernah membuat saya bahagia. Melainkan selalu hidup dalam kedengkian, marah, iri dan tidak pernah bahagia,” tandasnya.
Ia menceritakan, kondisi ketidakbahagian itu terus ia rasakan hingga awal 90-an. Harry berusaha mencari jawabannya, namun tidak pernah menemukan. Kegelisahaan Harry bertambah pada tahun 1995, saat banyak penyanyi yang meninggal dunia.
Pada momen itu, ia diliputi ketakutan dan selalu dibayang-bayangi kematian. Ia sempat berpikir bisa saja dirinya yang meninggal kemudian. Sementara di sisi lain, ia merasa belum memiliki apa pun untuk menghadapinya. Hingga akhirnya pada 1995, ia berkesempatan berdiskusi dengan seorang ustadz yang memberikan penjelasan yang masuk akal tentang kehidupan dan agama Islam.
“Pada saat itu, saya menyadari bahwa hidup itu pilihan. Jalan manapun yang akan dipilih, pasti akan ada konsekuensi. Setelah saya berdialog dengan seorang ustadz, saya mulai berpikir, inilah yang saya cari selama ini,”paparnya.
Setelah melewati fase itulah, pemilik album Ada Kamu ini pun mantap untuk meninggalkan dunia tarik suara yang ia tekuni selama 12 tahun. Harry pun fokus menyiarkan syiar Islam dan berbagi pengalaman.
Pria kelahiran Cimahi, 25 Maret 1957 ini menghabiskan masa kecil sampai SMA di Cimahi dan Bandung. Sebagai anak tentara, Harry mengikuti orang tuanya yang pindah tugas ke Semarang. Di kota Semarang Harry pernah menjadi room boy di Hotel Patra Jasa Semarang selama satu tahun. Dari kota Semarang pula karier Hari Moekti dalam bidang musik dimulai. Harry dan beberapa kawannya membentuk grup band Darodox yang dalam bahasa Jawa berarti gemetar.
Nama asli Harry sendiri adalah Hariadi Wibowo, dan berubah menjadi Harry Moekti saat banyak yang menanyakan dirinya Harrry yang mana dan yang dijawab Harry yang kakaknya Moekti. Sejak itulahia dipanggil Harry Moekti.
Tahun 1980 sesudah ayahnya meninggal, Harry kembali ke Bandung. Di Bandung, Harry bergabung dengan Orbit band, Primas band bersama Tommy Kasmiri, kemudian New Bloodly band. Perjalanan musik Harry kemudian dilanjutkan di kota Jakarta dengan bergabung bersama Makara dari tahun 1982 sampai tahun 1985. Namun ketika Harry melakukan rekaman solo grup ini bubar. Suatu hal yang dianggap mengangkat kariernya adalah ketika bergabung dengan Krakatau pada 1985.
Beberapa rekaman Harry Moekti yang meledak di pasaran antara lain adalah ‘Lintas Melawai’ pada 1987, ‘Ada Kamu’, ‘Aku Suka Kamu Suka’ dan ‘Satu Kata’ bersama grup band Adegan. Selama kariernya Harry telah membuat tujuh album rekaman, albumnya yang terkahir adalah ‘Di Sini’.
Album terakhir itu dibuat ketika Harry mulai menekuni agama Islam lebih mendalam, sehingga Hari tidak melakukan promosi dengan mengadakan show seperti yang dilakukan setiap penyanyi ketika albumnya muncul. Akibatnya album terakhir itu kurang laku di pasaran.
Dunia yang dekat petualangan alam adalah dunia Harry yang lainnya ketika masih menjadi penyanyi. Ia sempat membuat klub panjat tebing di Sukabumi, juga menjadi anggota SAR, aktif dalam olahraga Arung Jeram, kemudian mengikuti kursus terjun payung di Australia. Semua itu dilakukannya dari tahun 1990 sampai 1996.
Beberapa jam sebelum meninggal, Harry sempat memposting jadwal kegiatannya. Rencananya ia akan mengisi Kajian Khusus Hijrah Story di Masjid ABRI, Jalan Gatot Subroto, Baros, Jawa Barat, Senin (25/6).
Alhasil, postingan tersebut banjir ucapan belasungkawa dari warganet. Beberapa diantaranya mendoakan amal ibadah Hari Moekti diterima di Allah SWT.
“Innalillahi wa inna ilaihi raji’un… Semoga ustadz diampuni dosa2nya. Dan Allah berikan balasan yang baiik dari hijrahnya ustadz.. Semoga mendapat rahmat-Nya kelak. Aamiin Ya Rabb,” tulis pemilik akun @sofi_is.
Dan Minggu malam, Harry menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Dustira Cimahi sekitar pukul 20.49 WIB. Sang adik, Moekti Chandra, menyebut kakaknya meninggal karena stroke.
Sebelum dikebumikan di Ciawi, Bogor, jenazah Harry Moekti dishalatkan di Kompleks Pemda Padasuka Blok H 7980 Kota Cimahi. Hari ini, Selasa (26/6), jenazah Harry akan dimakamkan bersebelahan dengan makam ibu mertuanya di Ciawi.
Selamat jalan kang Harry… semoga perjuanganmu berhijrah dan menegakkan syiar Islam akan menjadi panutan dan dikenang. Amin Ya Robbal Alamin. (RNZ – dari berbagai sumber)