JAKARTA, VoiceMagz.com – Lama tak muncul, sutradara John De Rantau kembali lagi lewat film yang diangkat dari naskah drama karya Seno Gumira Ajidarma bertajuk ‘Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi’.
Dengan judul yang sama dengan naskah Seno ini, John bertekad membuatnya berbeda dengan film-film bergenre komedi lainnya.
“Film ini akan menghadirkan komedi yang menyampaikan pesan serius. Tidak akan ada komedi slapstick,” ujar John saat syukuran produksi film ini di Jakarta, Jumat (13/7).
Selain itu John berjanji akan membuat pola komedi film ini akan jauh dari pola film komedi yang ada selama ini. Isu sosial di masyarakat saat ini, terutama soal kesalahpahaman makna dari prasangka akan jadi tema utama.
“Biasanya kan dicari komika-komika, tapi kita cari yang pemain karakter serius, yang nggak punya latar belakang sebagai komedian,” lanjut sutradara ‘Denias, Senandung di Atas Awan (2006)’ ini.
Untuk menjamin hal tersebut, John bahkan turut menulis skenario sekaligus sebagai produser dan merangkap sutradara.
“Para pemain ini nantinya akan memainkan peran serius dan tidak melawak. Saya tidak perlu khawatir pada pemain yang cenderung mencari efek melucu,” tambahnya.
Sejumlah artis yang dilibatkan dalam film ini adalah Mathias Muchus, Elvira Devinamira, Yayu Unru, Ricky Malau, Wulan Ruz, Anna Tarigan, Anne J. Coto, Farid Ongky, Jurike Prastika, Marian Supraba, Ingrid Wijanarko, Ade Puspa, Fiki Alman, Poppy Asya dan Juliana Moechtar.
“Film ini juga akan jadi film yang paling banyak didukung oleh pemain. Dan semua pemain punya peran yang penting,” bebernya lagi.
Bicara soal tema film ini, John menjelaskan jika prasangka kerap berarti konotasi buruk di masyarakat. Padahal, maknanya bisa saja jadi positif dan negatif.
Salah satu bentuk prasangka yang dimaksud John, jika menyebut orang yang tinggal di kawasan kumuh, maka diprasangkakan kotor, pengap dan tidak berbudaya. Sebaliknya, orang yang tinggal di rumah mewah atau hotel diprasangkakan mewah dan bahagia.
“Nah.. situasi inilah yang akan diangkat menjadi tema dalam film dengan cara olok-olok. Dari dua sudut pandang prasangka ini kerap menimbulkan kelucuan satire,” jelas John.
Ia mengakui jika kelucuan yang dihadirkan dalam film ini memiliki kesamaan dengan karya sutradara Chaerul Umam dalam film ‘Kejarlah Daku Kau Kutangkap’ atau karya Usmar Ismail dalam film ‘Krisis’.
Seperti apa bentuk kelucuan yang ‘serius’ ini? Patut kita tunggu film besutan rumah produksi Himaya Pictures bekerja sama dengan JDer Syndicate ini. (NVR)