Oleh: Irish Riswoyo
Menengok Pejalanan bermusiknya sebetulnya lumayan unik. Syahrul muda kala itu yang masih duduk dibangku SMP, sejatinya belum paham betul soal bermain musik (ngeband). Perkenalannya dengan Wibisono (Putra Alm Sutradara Nawi Ismail ) dan Jarzuk teman SMP-nya di PSKD-I Kebon Sirih Jakarta, yang seringdatang kerumahnya dengan membawa-bawa gitar, membawanya Sjahrul muda nyebur ke dunia musik .
Tantangan pertamanya ketika mengawali karir datang dari sang Ayah (Bajumi Wahab bin Pangeran Wahab). Ayahnya tidak setuju jika Sjahrul bermain musik, tetapi dari sisi sebaliknya yaitu sang Ibu, justru mendukung. Sebab sang Ibu kebetulan juga senang bermain musik yaitu piano. Darisitulah darah seni Sjahrul G Bajumi mengalir. Dukungan dari sang Ibu (Sajiddah Binti Pangeran Nuh) tentulah beralasan, sebab daripada putra tercintanya terjerumus kehal-hal negatif yang kontra produktif, makanya Sjahrul dibiarkan bahkan didorong untuk bermain musik. Mengingat kenakalan remaja kala itu banyak terjadi disemua kalangan, termasuk Sjahrul muda kala itu yang pernah jatuh dari motor Ducati yang dikendarainya ,hingga kakinyapun terpanggang oleh panasnya manipol (knal pot) motornya. Kejadian itu saat tinggal di Bandung sekitar tahun1959.
Merasa mendapat support dari Ibundanya maka Sjahrul muda pada tahun 1960 membentuk band pertamanya yaitu Blue Boys, kemudian menjadi Irama Taruna Arulan hingga akhirnya atas saran orang tuanya dirubah menjadi ARULAN saja sesuai namanya. Personilnya kalaitu adalah Sjahrul G Bajumi (Gitar) Wibisono (Bass) Jarzuk (Organ/Keyboard), Lion (Vocal), Richard (Gitar) dan Isa Tartiasa (Drum).
Dalam perjalanannya ARULAN ditinggal oleh 2 personilnya yaitu Richard dan Lion yang pergi ke negri Belanda. Namun pada sekitar awal tahun 1960, dua bersaudara Ismet Januar dan MA Imran masuk menggantikan Richard dan Lion. Dari sinilah band ARULAN menjelma menjadi band besar, terbukti mulai banyak mendapat tawaran untuk manggung. Termasuk sebagai band pembuka konsernya penyanyi asal belanda Anneke Grunlo dan The Blue Diamond.
Selain itu ARULAN juga menjadi band pertama yang tampil di TVRI secara beruntun pada tahun 60-70an, dengan mengiringi sederet penyanyi top Indonesia kala itu seperti: Broery Pesolima, Yanti Bersaudara, Titiek Puspa, Alfian, Erni Djohan, Titi Kadi, Lilis Suryani, hingga Heni Purwonegoro dan lain lain. Hasil rekaman dari album ARULAN pun banyak yang menjadi hits. Diantaranya lagu daerah Kabile-bile, Krakatau, Kenangan Indah, Rumah Gadang, Rindu, Serunai dan masih banyak lagi. Yang cukup membanggakan adalah, satu lagu karya Sjahrul yang berjudul “Mata Bidadari” menjadi top chart di Radio 2 Nusantara dan sangat popular di Radio Australia.
Sjahrul G Bajumi Hijrah ke Amerika
Tatkala band ARULAN masih dalam masa jaya, Sjahrul justru memilih pergi meninggalkan band yang dibentuknya. Pada sekitar tahun 1965 Sjahrul memilih untuk melanjutkan studinya ke Negeri Paman Sam yaitu Amerika. Kendati demikian Sjahrul tetap terus bermain musik. Pada tahun 1971 ketika pendidikannya dirasa sudah cukup Sjahrul kembali ke tanah air dengan menggondol dua sertifikat yaitu dari Montery Peninsula College dan Northern Michigan University.
Sekembalinya dari Amerika, Sjahrul tetap mengibarkan bendera ARULAN kendati kondisi musik sudah jauh lebih berkembang ketimbang pada masa awal tahun 60an. Band seangkatan ARULAN yaitu KOES Bersaudara pun sudah berubah menjadi KOES plus. Band band lain mulai bermunculan misalnya; Trio Bimbo, The Mercys, De Loyd, Panbers, The Rollies, AKA, Favourites, God Bless hingga Rhoma Irama dengan Sonetanya. Namun ARULAN tetap terus menjaga eksistensinya sebagai sebuah band besar yang pernah ada di Indonesia.
Sjahrul Sebagai Pengusaha
Babak baru Sjahrul G Bajumi telah dimulai, yaitu sebagai pengusaha. Dunia bisnis bukanlah hal baru bagi Keluarga Sjahrul, sebab sang Ayah adalah salah satu saudagar karet besar dari Palembang. Selain itu usaha keluarganya juga merambah dibidang pelayaran atau angkutan laut. Tak kurang 50 kapal laut pernah memperkuat armadanya yaitu Sriwijaya Line milik keluarganya.
Sepeninggalan sang ayah (Bajumi Wahab), Sjahrul dibantu dengan adiknya mulai mengelola bisnisnya sendiri. Bisnis barunya yaitu perkebunan karet di daerah Palembang Sum-Sel, yang dimulai pada sekitar tahun 2001, dan masih berlangsung hingga sekarang. Pekerjaan barunya ini tentu bukanlah pekerjaan mudah, bahkan Sjahrul rela meninggalkan keluarganya (anak/Istri) selama 3 bulan lebih untuk terjun langsung ke hutan. Moda usaha yang dirintisnya ini murni dari uang seadanya peninggalan keluarganya. ” Tidak ada satu sen pun saya pinjam dari Bank” Ujar Sjahrul. Kenapa bisa demikian?, ya.. karena Sjahrul sangat memegang teguh amanat Almarhum Ayahnya yang berpesan jangan sekali-kali meminjam uang kepada Bank untuk modal usaha,. ” Jadi sampai sekarang saya memang tidak pernah punya se sen pun hutang kepada Bank, boleh cek bank apa saja silahkan” Imbuhnya.
Sjahrul Sebagai Kolektor Gitar Kelas Dunia dan Pemilik Studio Rekaman ARULAN.
Selain bisnis diatas, Sjahrul juga membangun studio rekaman di Jl. Sampit II No. 19 (Kawasan Blok M) Jakarta Selatan. Studio miliknya ini lumayan lengkap. Jika ada kliennya yang mau rekaman secara analog dengan menggunakan pita 2inchi, tapenya pun masih ada dan berfungsi dengan baik. Namun jika klien ingin rekaman secara digital, semua perangkatpun tersedia. Tidak hanya itu, dalam satu gedung berlantai 3 itu kecuali ada 2 ruangan studio recording dengan ruangan yang sangat luas, juga ada studio latihan yang terletak di lantai dasar.
Sisi lain yang paling mencengangkan adalah, Hobinya mengkoleksi gitar. Tidak banyak kolektor gitar di Dunia ini, apalagi hanya fokus kepada 1 merek gitar saja yaitu Fender. Salah satu dari yang tidak banyak itu adalah Sjahrul G Bajumi. Ide mengkoleksi gitar berawal dari rasa balas dendam atas hilangnya 5 set alat musiknya oleh kawan-kawanya entah kemana.Ketika kesempatan itu ada dan kebetulan ditunjang dengan finansial yang cukup, maka pada sekitar 2009 Sjahrul mulai bergerilya mencari gitar fender dari berbagai type dan tahun. Koleksinya saat ini sudah mencapai 110 buah gitar, yang dipajang secara rapi dan terawat mulai dari pintu masuk halaman teras belakang rumahnya, memanjang sampai depan pintu dapur, dan berakhir di ruang musik (istilah pak Sjahrul) yang notabene lebih mirip seperti museum gitar pribadinya.
Hampir semua tipe yang dikeluarkan oleh fender ada dikoleksinya misalnya, Fender Stratocaster , Telecaster, Jazz Master, Jaguar, Fender Hollow, Akustit 6 dan 12 string hingga elektrik 12 string dari berbagai tahun pembuatan ada dalam file koleksinya. Uniknya 98% dari sekitar 110 buah gitar fender koleksinya didapat dari negara asal gitar tersebut yaitu Amerika. Harganyapun cukup berfariasi, yang termurah adalah seharga 3000-4000 US dolar. Sedang termahalnya adalah 90.000 US Dolar.
Ketika ditanya oleh musiclive, gitar mana yang paling Bapak Sukai dari sebanyak ini?. Pak Sjahrul pun menjawab ” ya semua pastinya saya sukai karena ada dalam koleksi saya, tetapi memang ada beberapa gitar yang amat sangat spesial. Misalnya gitar telecaster asli dari Leo Fender (pendiri pabrik Fender) buatan tahun 1956. Lihat saja pickguard-nya saja berwarna gold berlapis emas, dan di Asia cuman ada 3 buah lo.., yang satu ini ada di saya, dan 2 lagi dikoleksi oleh Mr. Yamato dari Jepang. Selain itu ada satu lagi gitar Stratocaster yang tombol volume dan tone bertahtakan berlian” Tutupnya sambil menunjukkan gitar tersebut.
Wow…,tak bisa dibayangkan, bagaimana sulitnya mencari gitar fender yang collectable sebanyak ini, berapa uang yang mesti di keluarkan untuk membeli gitar-gitar ini. Kami bahkan meyakini kalau Sjahrul G Bajumi ini adalah salah satu kolektor gitar terbesar di Asia atau bahkan didunia secara Individu. Sungguh pencapaian serta balas dendam yang sempurna dilakukan oleh Sjahril G Bajumi. Kami sebagai bangsa Indonesia turut pula merasa bangga ada orang ” Gila” dari Indonesia seperti Sjahrul G Bajumi sebagai kolektor kelas dunia. We Salute You..!!**