Seno Gumira Rilis Buku Trilogi Insiden

oleh
oleh

seno gumiraBegitu banyak sejarah penting Indonesia yang didokumentasikan melalui karya sastra Indonesia dan proses digitalisasi sastra ini merupakan cara yang efektif untuk mendekatkan warisan sastra Indonesia kepada generasi muda. Melalui perangkat digital yang dimiliki, generasi muda bisa langsung mengakses dan mengunduh karya sastra klasik Indonesia, ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, dalam kata pengantarnya saat meluncurkan buku audio Trilogi Insiden karya Seno Gumira Ajidarma pada Kamis, 10 April 2014 di Auditorium Galeri Indonesia Kaya.

Para pengunjung yang hadir diajak memasuki dunia sastra Indonesia modern melalui narasi karya Seno Gumira Ajidarma yang dibacakan oleh lima tokoh ternama Indonesia, yaitu Ayu Laksmi (Seruling Kesunyian), Butet Kartaredjasa (Darah itu Merah, Jenderal), Landung Simatupang (cerpen berjudul Listrik), Niniek L. Karim (Telinga), dan Ria Irawan (Kepala di Pagar Da Silva). Kelima tokoh ini membawakan kumpulan cerpen Saksi Mata, buku pertama dalam Trilogi Insiden, novel roman Jazz, Parfum, dan Insiden, serta kumpulan esai Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara.

“Ini adalah karya saya yang pertama kali dibuat dalam bentuk buku audio dengan bantuan banyak sahabat untuk membacakan karya saya dan memberikan atmosfer yang berbeda dalam setiap kisah yang dibacakan. Buku audio ini penting bagi sastra Indonesia dan juga menarik karena memanfaatkan internet, teknologi komunikasi mutakhir yang paling populer saat ini,” ujar Seno Gumira Ajidarma, saat meluncurkan buku audio Trilogi Insiden karyanya.

Trilogi Insiden merupakan bagian dari catatan sejarah dan bukti perjuangan dari seorang Seno Gumira Ajidarma yang mendokumentasikan peristiwa Timor Timur melalui rangkaian kata-kata dari sudut pandang seorang penulis dan seniman. Mulai dari buku pertama Kumpulan Cerpen Saksi Mata yang mendapat Penghargaan Penulisan Karya Sastra (1995) dari Pusat Bahasa, Depdikbud, serta berbagai penghargaan lainnya. Buku kedua, Novel berjudul Jazz, Parfum & Insiden yang diterjemahkan dan dimuat di Silenced Voices: New Writing from Indonesia (Honolulu, 2000), dan yang ketiga, Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara merupakan kumpulan esai.

Karya ini merupakan salah satu dari tiga karya edisi pertama buku audio berbahasa Indonesia produksi Digital Archipelago, yaitu Ronggeng Dukuh Paruk, karya Ahmad Tohari, Pengakuan Pariyem karya Linus Suryadi, dan Trilogi Insiden karya Seno Gumira Ajidarma, yang digarap mulai pertengahan tahun 2013 dan selesai pada tahun 2014. Rekaman Trilogi Insiden yang seluruhnya berlangsung 17 jam, dibuat di studio Kua Etnika piminan Djaduk Ferianto di Yogyakarta, Soeara Madjoe pimpinan Anjar Prabowo di Jakarta, dan studio Antida pimpinan Anak Agung Anom Darsana di Denpasar. Sedangkan sound engineering buku audio ini dibuat oleh Gotrek Whitehouse. Untuk memberikan atmosfer berbeda, buku audio ini juga diramaikan dengan aransemen musik oleh Boris Simanjuntak, Ayu Laksmi dan Piotr Komorowski.

“Kami berharap digitalisasi sastra Indonesia ini dapat memberikan hembusan baru di wilayah cyber sastra melalui aplikasi ponsel pintar yang dapat di-donwnload bebas biaya, namun untuk kontennya dikenakan biaya sejumlah Rp 119.000 untuk ketiga bagian buku audio Trilogi Insiden. Sedangkan Saksi Mata, Jazz, Parfum & Insiden, serta Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara masing-masing dapat diperoleh dengan harga Rp 49.000 saja,” ujar Hristina Nikolic Murti dari lembaga Digital Archiphelago.|Edo (Foto Istimewa)

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.