Belakangan ini di kota kota besar di Indonesia banyak sekali tempat-tempat dimana para penggemar cerutu atau komunitas penggemar cerutu berkumpul bersama untuk menikmati cerutu sambil ngobrol atau berbisnis, termasuk di kota Jakarta.
Sejauh ini sebagian orang awam masih banyak yang meragukan jika menghisap cerutu itu sebagai kenikmatan atau kepuasan seperti halnya menghisap sebatang rokok. Mereka menilai itu hanya sebagai gaya hidup saja atau gaya-gayaan yang menghabiskan uang. Kami berpikir pendapat itu sah-sah saja, sebab memang seperti kita tahu harga sebatang cerutu bisa mencapai jutaan rupiah. Misalnya saja cerutu bermerek “Cohiba”, di Indonesia harga perbatangnya berkisar Antara 400-500 ribu rupiah. Namun jika anda bertanya yang Limited Edition (Cerutu Kuba yang mutunya paling bagus) bahkan harganya bisa mencapai 1 juta rupiah. Sungguh nilai yang tidak murah.
Tetapi perlu diketahui juga bahwa tidak semua cerutu berharga mahal. Cerutu lokal ada yang harganya berkisar Antara 60 hingga 100 ribu rupiah per batang. Sedang cerutu impor non cohiba, harganya berkisar Antara 100-300 ribuan per batang. Jadi para penggemar cerutu ini memang benar-benar mencari kenikmatan dari cerutu yang dihisapnya atau sekedar mengikuti tren gaya hidup saja.?. Boleh jadi dua-duanya benar.
Penggemar cerutu di Indonesia memeng terdiri dari berbagai kalangan. Ada dari kalangan Politisi, Pebisnis, Pegawai hingga kalangan Musisi. Namun utamanya adalah dari kalangan berduit atau kalangan jet-set . Dari kalangan Politisi terpantau nama Ruhut Sitompul, sedang dari kalangan musisi Terpantau nama-nama Adi MS dan Lilo Kla adalah dua diantara nama musisi kesohor yang dikenal menggemari cerutu.
Penggemar Cerutu Di Jakarta
Dari Jakarta ada Nama Budi Yuhanto. Budi Yuhanto adalah salah seorang penggemar cerutu, kegemarannya itu telah ia tekuni selama 14 tahun. Ia mengungkapkan, sambil menunggu macet selama satu atau dua jam ia sering mampir ke hotel Sangrilla, Mandarin, atau Churchil untuk bertemu teman sambil mengobrol. “ Dari situ terkadang ide-ide sering keluar” ungkapnya.
Budi adalah seorang pengusaha bahan kimia. Ia mengaku tidak menjadi penggemar fanatic salah satu merk cerutu tertentu. Segala macam merk asal Kuba ataupun Eropa Seperti Bolivar, Cohiba, Davidoff, Romeo and Juliet, Monte Cristo dan lainnya ia miliki. ”Total saya punya 1.500 cerutu,” tuturnya.
Seluruh cerutu Budi disimpan di beberapa tempat yang biasa ia datangi untuk menghisap cerutu. Seperti hotel Mandarin, Churchill, ataupun hotel mewah lainnya. Itu dilakukan dengan pertimbangan agar cerutu tersebut dapat dirawat dengan baik. Sebab, tempat-tempat tersebut menjual sekaligus menyediakan tempat penyimpanan cerutu yang memadai.
Bahkan hanya untuk memuaskan kesenangannya, Budi tidak segan meyambangi balai lelang Christie di Singapura yang kerap melelang cerutu lama. Ia pernah memperoleh cerutu buatan 1970-an. “Cerutu itu saya hisap hanya pada even tertentu karena mahal,” ungkapnya.
Walaupun penggemar cerutu di Jakarta berjumlah banyak, tetapi para penggemar cerutu belum memiliki perkumpulan resmi. Mereka hanya kebetulan sering bertemu di tempat penjualan cerutu. Karena tempat penjualan cerutu umumnya menyediakan tempat nyaman, mereka menghisap cerutunya di sana.
Salah satu tempat yang menyediakan sarana tersebut adalah Churchill Cigar House, yang berlokasi di gedung BEJ I kawasan pusat bisnis Sudirman. “Pengelola menyediakan lemari kecil bagi pelanggannya untuk menyimpan cerutu kesayangan mereka. Lemari itu dilengkapi dengan daftar nama para pelanggannya,” kata Gunawan Tenardi, general manager PT.Cigarindo Puros, yang mengelola Churchill Cigar House. Tempat ekslusif ini ada di hotel Borobudur, hotel JW Marriot, dan Bursa Efek Jakarta.
Gunarwan menyediakan berbagai jenis cerutu dari Kuba, Republik Dominika, Honduras, hingga Eropa dengan berbagai merk. Seperti Cohiba, Romeo and Juliet, Monte Cristo, Davidoff, Partagas Salomon, dan lainnya. kebanyakan penghisap menyukai cerutu buatan Kuba sebab sudah terkenal. Harga cerutu cukup bervariasi antara Rp 40 ribu-Rp 600 ribu per-batang. Cerutu juga dijual per-kotak, harganya bisa mencapai jutaan rupiah. tiap kotak berisi 25 -50 batang. Bagi para penghisap cerutu, setiap bulan mereka bisa menghabiskan 3-5 kotak.
Untuk memanjakan dan memuaskan para pelangganya Gunarwan juga memberikan fasilitas pelayanan antar ke rumah atau tempat lain tanpa biaya tambahan. Ia melakukan hal ini karena para pelanggannya kalangan super sibuk atau yang disebutnya sebagai high society. Mereka ingin menikmati kegemarannya secepat mungkin tanpa mau diganggu. Apabila harus datang, resikonya terkena macet. Lebih baik, katanya, ia mengirim kurir yang siap mengantar barang pesanan. Ia juga memberikan potongan harga khusus antara 10-20 persen bagi orang yang sudah cukup lama membeli cerutu darinya.
Selain menyediakan cerutu, Gunarwan juga menyediakan aksesoris tambahan seperti alat pemotong, pematik api hingga kotak penyimpanan cerutu yang harganya bervariasi antara Rp 6-20 juta tergantung dari kemampuan menyimpan cerutunya. Kotak tersebut didesain khusus agar mampu menyimpan cerutu dalam waktu relatif lama. Cerutu disimpan dalam kotak di ruangan yang bersuhu ideal antara 16-20 derajat celcius dengan alat pendingin. Dalam waktu tertentu cerutu yang disimpan juga harus diperiksa kondisinya agar tidak terkena jamur atau binatang yang dapat merusak daun tembakaunya. Selama cerutu disimpan di tempat yang memadai, aroma dan rasanya tidak akan berubah.
Penggemar Cerutu Dari Surabaya
Dari kota Surabaya ada Nama Roy Kurniawan Laksono , pengusaha muda yang menggemari cerutu. Roy termasuk penggemar berat cerutu di Surabaya. Di kota ini, kata dia, komunitas penggemar cerutu telah terbentuk kendati jumlahnya tidak lebih 30 orang. Tapi, kata Roy, komunitas cerutu tersebut jarang kumpul bareng. “Kalau ada even musik di hotel berbintang, kami baru bisa ketemuan sambil menghisap bareng-bareng,” ujar pria 30 tahun itu.
Semula komunitas cerutu di Surabaya ini memilih hotel bintang lima JW Marriot di Jalan Embong Malang sebagai tempat kongko. Tapi belakangan tempat ngumpul itu berpindah-pindah antara hotel Sheraton dan Shangri-la. “Tapi intensitas ngumpulnya jarang banget,” kata Roy.
Wajar bila mereka jarang bareng. Sebab, kata Roy, anggota komunitas ini memang segmented dan terdiri dari orang-orang yang super sibuk. Hampir semuanya adalah level direktur dan manajer sebuah perusahaan. Salah satunya adalah Edric, manajer rokok merek Wismilak.”Usia kami 30 tahun ke atas,” kata dia.
Bila ingin ngumpul, Roy biasanya sebagai pengundang. Maklum, kendati paling muda, Roy adalah Direktur Utama PT Cuban Cigars Indonesia. Perusahaan inilah yang mengimpor cerutu dari mancanegara dan menjalankan bisnis cerutu lokal merek Tambo. Selain dari Kuba, Roy juga mendatangkan cerutu dari Nikaragua, Republik Dominika, Honduras, Meksiko dan Filipina.
Sebelum menekuni bisnis cerutu, Roy bekerja di bidang keuangan dan investasi. Dari situ dia mulai mengenal orang-orang yang hobi menghisap cerutu dan peluang bisnisnya. Akhirnya dia banting stir ke bisnis cerutu karena belum ada pemain di bidang ini. Kini, Roy menjual cerutunya dengan cara online. “Kami mensuplai cerutu ke seluruh Indonesia, khususnya Jakarta, Bali dan Kalimantan,” ujar dia.
Usaha ini dikendalikan di rumahnya yang mewah di perumahan elit Darmahusada Indah Surabaya. Untuk lebih memperkenalkan produknya, serta seputar cerutu, dia membuat website bernama www.cubancigarsindonesia.com. Selain cerutu, dia juga menjual asesoris cerutu, seperti wadahnya, korek dan alat pemotong. “Cerutu sudah seperti gaya hidup,” kata dia.
Menurut Roy, cerutu yang bagus di antaranya ialah bila batangnya padat dan tidak gembos serta tidak berbunyi “krek” bila ditekan. Selain itu, cerutu yang baik adalah bila abunya tidak jatuh meski sudah panjang. Bila ingin menikmati cerutu, kata Roy, abu yang telah memanjang ini tidak boleh diketuk-ketukan agar jatuh. “Karena fungsi abu itu untuk mendinginkan api,” katanya.
Cerutu, kata dia, paling bagus dinikmati disaat suasana rileks atau santai. Cerutu tidak bisa dinikmati di kala sedang dikejar waktu karena sebelum cerutunya habis keburu harus melakukan aktifitas lain. Tidak semua penikmat cerutu adalah perokok, termasuk Roy. “Penikmat cerutu sejati adalah mereka yang menghisap untuk relaksasi,” katanya.
Tempat favorit Roy menikmati cerutu adalah di lounge hotel bintang lima, pegunungan atau pantai. Sebab suasana sekitar turut mempengaruhi nikmat tidaknya cerutu itu. Tapi bila hari Minggu, Roy lebih senang menikmati cerutu di rumahnya saja. “Setiap pekan saya menghabiskan dua cerutu,” kata bapak dua anak ini. Tex: Irish/diolah dari berbagai sumber. Diantaranya dari: Ad Info Pondok Indah dan http://www.ciputraentrepreneurship.com/perdagangan/6066-roy-kurniawan-sukses-di-bisnis-cerutu.html