Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI) bersama Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) melakukan serangkaian kegiatan selama 3 (tiga) hari di kota Ambon, Maluku.
Kegiatan tersebut dimulai sejak 28 Oktober 2016 dengan menggelar rapat kerja nasional (RAKERNAS) hari pertama yang berlangsung dari jam 10 pagi sampai jam 4 sore di Natsepa Resort Hotel, yang dihadiri oleh sekitar 22 DPD PAPPRI dari 24 DPD yang ada di seluruh Indonesia.
Dalam Rakernas tersebut hadir Ketua Umum DPP PAPPRI Tantowi Yahya, Sekjend PAPPRI Johnny Maukar dan wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif Ricky Pesik yang sekaligus membuka acara tersebut. Selain itu hadir pula Deputi Kerjasama Lembaga dan Wilayah Bekraf Endah Wahyu Sulistiani.
Rakernas kali ini merupakan Rakernas ke 2 (dua) era kepemimpinan Tantowi Yahya setelah sebelumnya pada 25 November 2014 lalu yang digelar di Hotel sari pan Pacific Jakarta.
“ Rakernas kali ini merupakan Rakernas ke 2 (Dua) diera kepemimpinan saya, jadi kita sudah melampaui amanat AD/ART PAPPRI yang mengamanatkan sekurang kurangnya menggelar 1 (satu) kali Rakernas dalam satu periode kepemimpinan (5 tahun)” jelas Tantowi saat memberi sambutan dalam pembukaan Rakernas.
Diawal sambutannya Tantowi memaparkan sekelumit sejarah PAPPRI yang menjadi organisasi profesi musik tertua di Indonesia (berdiri di tahun 1983), dengan keterwakilan di hampir seluruh provinsi di Indonesia. Sebagai organisasi profesi, PAPPRI telah dan terus berkontribusi terhadap peningkatan marwah dan tingkat hidup para pelaku musik di Indonesia melalui berbagai program dan kebijakan Pemerintah yang berpihak kepada para penggiat musik.
Kemudian beliau juga menyampaikan berbagai pencapaian selama dibawah kepemimpinannya, termasuk didalamnya memberi masukan dalam rumusan UU Hakcipta 2014, menggantikan UU sebelumnya.Lalu dalam waktu dekat Tantowi juga mengagendakan untuk mertemu Menkominfo untuk meminta kapada Menkominfo agar semua stasiun televisi yang beroprasi di Indonesia mau membayar royalty.
“Dalam waktu dekat ini ada sekitar 8 (delapan) atau 9 (Sembilan) Stasiun televise akan habis masa izinnya, saya akan memohon kepada pak menteri Kominfo agar menyertakan syarat harus mau membayar royalty kepada para pelaku industry musik melalui LMK yang ada di Indonesia sesuai dengan undang undang yang berlaku, sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan perpanjangan ijin siaran.” Tambah Tantowi.
Selain itu Tantowi juga menyampaikan apresiasinya kepada Pemerintah Kota Ambon, Pemerintah Provinsi Maluku, dan masyarakat Ambon yang telah menjadi tuan rumah yang sangat akomodatif. Penghargaan khusus disampaikan oleh Tantowi Yahya kepada Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf) yang telah mendukung penuh pelaksanaan Rakernas 2016 ini.
Diakhir sambutannya Tantowi mengatakan;
“PAPPRI sebagai organisasi profesi tertua di Indonesia bersama-sama BEKRAF dan rakyat serta Pemerintah kota Ambon dan Maluku, siap mendorong dan menjadikan Ambon sebagai Kota Musik Dunia berdampingan dengan beberapa kota yang telah lebih dahulu ditetapkan oleh Unesco seperti Vienna, Glasgow, New York,” dan lain-lain”
Yang mendasari kami memilih Kota Ambon sebagai tempat pelaksanaan Rakernas adalah, karena kami menganggap Kota Ambon sebagai epicentrum penting musik di Indonesia, dan kedua dalam rangka mendorong agenda Pemerintah Provinsi Maluku dan Pemkot Ambon untuk menjadikan Ambon sebagai Kota Musik Dunia.
Persyaratan yang ditetapkan oleh Unesco untuk menjadikan satu kota sebagai Kota Musik Dunia memang tidak mudah. Disamping masyarakat yang kehidupan sehari-harinya tidak terpisahkan dari musik, berbagai kelengkapan terkait infrastruktur seperti lembaga pendidikan, museum, tempat pertunjukan harus juga terpenuhi. Untuk itu segenap pemangku kepentingan dari daerah sampai dengan pusat harus mau bekerjasama.
Semoga apa yang sedang dan akan diupayakan oleh PAPPRI bersama BEKRAF serta Pemkot Ambon dan Provinsi Maluku ini bisa terwujud dalam waktu dekat.
Hiburan Artis-Artis PAPPRI
Selain RAKERNAS, PAPPRI bersama BEKRAF juga menggelar serangkaian hiburan yang diadakan di Lapangan Merdeka pusat Kota Ambon. Usai Rakernas hari pertama, pada sore harinya dilanjutkan dengan menggelar Kontes pop singer Nasional yang pesertanya diikuti 19 orang dari DPD PAPPRI yang ada di Indonesia. Dimana Shella Ikfa perwakilan dari Kalimantan Selatan menjadi Juara pada ajang tersebut, dengan menyisihkan 18 finalis lainnya.
Kemudian pada malam harinya dilanjutkan dengan hiburan berupa konser musik yang menampilkan artis artis Ibu Kota dari lintas Genre. Acara dimulai dengan penampilan Pedangdut Ayu Soraya dan Bunga Rampai yang membuka acara dengan melantunkan lagu Dangdut, Kemudian disusul berturut turtut penampilan Rina Bule, Soliter, Kadri, Tonny Wenas, Bartje Van Houten, Oetje F,Tekol, Rere Gras Rock dan artis Internasional berdarah Ambon “ Daniel Sahulekha”.
Menjelang berakhirnya acara Ketua umum PAPPRi didaulat untuk menyanyikan sebuah lagu karya D’Loyd berjudul “Mengapa Harus Jumpa” dimnana gitaris asli dari D’Loyd yaitu Bartje Van Houten turut mengiringi penampilannya.
Kemudian diakhiri dengan pengumuman para juara lomba festival Lagu Populer dan pemberian plakat serta hadiah oleh Ketua Umum PAPPRI, dan naiknya seluruh pengisi acara untuk melakukan Clossing Ceremony dengan menyanyikan lagu karya Ian Antono yang berjudul Rumah Kita.
Peluncuran Kamus Populer Bahasa Ambon
Selain berisikan agenda Rakernas dan hiburan, di hari pertama tersebut juga diselingi dengan acara peluncuran “Kamus Populer Bahasa Ambon” versi ForSMAtu (F1) edisi perdana.
Kamus ini disusun oleh alumni SMA Negri 1 Ambon angkatan 73-79 yang tersebar dibaerbagai daerah baik di Jakarta dan kota kota lainnya di Jawa hingga di Arab Saudi.
Penyusunan kamus ini pada awalnya hanya berdasarkan dari grup WA yang beberapa anggotanya ada yang menggunakan bahasa Ambon. Kemudian muncul gagasan dari salah satu anggota tersebut yaitu M.Mochtar Djamaludin yang bermukim di Arab Saudi, kemudian didiskusikan melalui WA hingga akhirnya tersusunlah Kamus Popular Bahasa Ambon ini.
Sedang yang melatar belakangi penyusunan kamus ini diantaranya adalah pesatnya teknologi IT sehingga memungkinkan seseorang dengan mudah berkomunikasi dan mendapatkan informasi dari berbagai media baik elektronik maupun cetak, kemudian gaya hidup moderen yang mempengaruhi cara seseorang menggunakan bahasa, termasuk bahasa anak-anak muda di kota Ambon. Sehingga perlahan lahan menggeser bahasa asli daerah hingga pada gilirannya menjadi punah.
Kamus ini selain menjadi salah satu cara untuk membentengi keterpunahan akan bahasa asli Ambon, nantinya juga dijadikan sebagai salah satu asset dokumen arsip asset kebudayaan Ambon.
Usai diluncurkan pada malam harinya, pada keesokan harinya atau Rakernas hari kedua yaitu Tgl 29 Oktober, kamus tersebut dibagikan kepada para peserta sebagai cindera mata dari tim penyusun untuk para peserta Rakernas.
Hadir dalam peluncuran tersebut yaitu; Irjen Erry Soemeru , dr. Penina Regina Bebena (penyunting buku), Anna Latuconsina (Anggota DPD),Selly Soulisa, Wanda Hiarij (ForSMAtsu) dan Johnny W. Maukar Sekjen DPP PAPPRI.
Pencanangan Ambon Sebagai Kota Musik Dunia
Pada tanggal 29 Oktober 2016, di Natsepa Resort Hotel dilangsungkan Seminar dan rakernas hari ke 2(dua), yang dimulai pukul 10 WIB hingga 15.00 WIB. Dalam seminar tersebut menghadirkan tokoh musik nasional Enteng Tanamal selaku pendiri PAPPRI sekaligus Ketua Umum PAPPRI pertama, yang menyampaikan sejarah mengapa dan bagaimana dan untuk apa PAPPRI didirikan.
Kemudian Bapak Rahayu Kertawiguna (Produser musik Nagaswara), yang menyampaikan materi tentang seluk beluk perkembangan industri musik di Indonesia. Baik dari sisi bisnis atau niaganya maupun muatan kontrak dari waktu ke waktu.
Sedang narasumber yang terakhir adalah Deputi Kerjasama Lembaga dan Wilayah BEKRAF yaitu ibu, Endah Wahyu Sulistiani. Yang memaparkan tentang apa itu BEKRAF dan apa yang menjadi konsen BEKRAF terhadap 16 subsektor Ekonomi Kreatif, hingga bagaimana caranya menjalin kerjasama atau bermitra dengan BEKRAF.
Kemudian pada malam harinya berlangsung di Lapangan Merdeka kota Ambon, berlangsung konser musik yang didalamnya ada penampilan orchestra yang menggabungkan beberapa alat tradisional seperti suling dan lain lain.
Selain itu ada juga penampilan grup musik asal Belanda yaitu Massada. Meskipun berasal dari belanda, namun sejatinya personilnya adalah putra-putri berdarah Maluku. Penampilan Massada di Ambon malam itu merupakan kali kedua setelah sebelumnya tampil diacara Ambon Jazz Plus pada 9-11 Oktober 2009 silam.
Grup band yang dimotori Yopi Manuhutu (drum), itu beranggotakan; Jhon Manuhutu (vokal), Rudy The Queljoe (Gitar), Nippy Noya (perkusi), James Syahbandar (bas), Elvin, Manuhua (drum) serta Yan Yermias (gitar) tersebut didirikan tahun 1973. Dikawasan Eropa band tersebut cukup terkenal, terutama di era 70-an hingga 80-an.
Puncak dari rangkain kegiatan tersebut adalah Pencanangan Ambon Sebagai Kota Musik Dunia oleh kepala BEKRAF Triawan Munaf. Dalam sambutannya Triawan mengatakan:
“Peran Bekraf disini adalam membantu mewujudkan kota Ambon sebagai Kota Musik Dunia sesuai standar dari UNESCO, dengan melakukan serangkaian program dan bakat untuk membentuk pondasi sebagai potensi perekonomian Kota Ambon” Ujarnya.
Lebih jauh Triawan mengatakan; “Ambon sangat pantas menjadi Kota Musik Dunia, tetapi untuk mewujudkan ini semua diperlukan kerjasama semua pemangku kepentingan seperti Pemerintah Kota Ambon, Pemerintah Propinsi Maluku dan yang tak kalah penting adalah Masyarakat Ambon”.
Dalam acara pencanangan tersebut ditandai dengan peniupan terompet dari kerang oleh kepala BEKRAF didampingi oleh Asisten 1 Setda Propinsi Maluku Angky Ranjaan dan Pejabat Wali Kota Ambon Frans Johanis Papilaya./. Irish