Film “Mari Lari” Kisahkan Sport Drama Yang Inspiratif

oleh
oleh

Mari LariMari Lari adalah sebuah film teranyar dari Nation Pictures bergenre sport drama besutan sutradara Delon Tio, dengan para bintang Dimas Aditya, Donnya Damara, Olivia Jensen, Ira Wibowo, Ibnu Jamil, Amanda Zevannya, Verdy Solaiman, Dimas Argobie, dan Edwin Ganda. Mengambil setting di Jakarta dan perhelatan Bromo Marathon, film ini cukup menghibur dan menginspirasi masyarakat. Bukan saja hidup harus tetap sehat, tapi juga mengajarkan kita untuk selalu optimis dan mampu menyelesaikan setiap agenda yang menjadi target dalam hidup kita.

Filmnya sendiri berkisah tentang Rio, seorang pemuda pesimis dan mudah menyerah yang tidak pernah menyelesaikan apapun dalam hidupnya. Namun, setelah kematian ibunya yang seorang pelari, untuk pertama kali dalam hidupnya ia mencoba membuktikan diri kepada sang ayah, bahwa ia patut dibanggakan dengan mampu menyelesaikan apa yang sudah dimulainya, yaitu lulus kuliah, berhasil dalam pekerjaan dan mampu masuk garis finish Bromo Marathon. Termasuk juga kisah cintanya dengan Anisa, yang setia mengajarkan Rio berlari dan menjadi suporter setianya.

“Saya ingin mempersembahkan sebuah film sports drama yang ringan namun inspiratif dengan mengambil tema lari. Tapi bukan sekedar lari, kami juga mengajak semua orang memaknai hubungan antara ayah dan anak. Menyelesaikan setiap target yang menjadi agenda perjalanan hidup, untuk bisa dibanggakan,” ujar Delon Tio, sutradara sekaligus produser saat ditemui di kawasan Epicentrum, Kuningan, Jakarta, Sabtu (31/5).

Film Mari Lari yang rencananya akan tayang serentak di bioskop Indonesia tanggal 12 Juni 2014. Mengingatkan pada sebuah kisah yang terjadi di Mexico City pada tahun 1968, saat Mexico menjadi tuan rumah Olimpiade ke-19. John Stephen Akhwari, pria kelahiran tahun 1938 yang berkebangsaan Tanzania, membuat satu catatan penting yang akan dikenang sepanjang masa. Dalam kondisi mengatasi rasa nyeri, karena beberapa saat setelah bendera dikibarkan sebagai tanda dimulainya lomba lari marathon tersebut, Akhwari terjatuh dan mengalami lepas engsel pada sendi lututnya.

Akhwari terus berlari dan sanggup menyelesaikan lomba lari marathon berjarak 42 km hingga mencapai garis finish. Dan sejarah mencatatnya sebagai pelari berhati baja, kukuh bagai karang di dalam mengemban sebuah tugasnya. Hingga sebuah gelar “a king without crown’ atau ‘raja tanpa mahkota’ akhirnya disematkan kepadanya. Ada yang menarik dan inspiratif, ketika Akhwari ditanya oleh wartawan, mengapa ia terus bertekad untuk berlari. Akhwari menjawab,”Negaraku tidak mengirim aku sejauh 5000 mil ke Mexico City untuk memulai perlombaan. Mereka mengirim aku untuk menyelesikannya.” ujarnya.

Cerita diatas hanya sepenggal dari begitu banyak kisah-kisah inspiratif dari olahraga lari, maupun pelakunya yang memberikan motivasi untuk kita tetap semangat pantang menyerah. Melalui ketabahan serta kesabaran yang ekstra, serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap setiap pilihan yang kita jalani dan lakoni, niscaya keberhasilan akan datang. Nah, tunggu apalagi!, saksikan nanti film Mari Lari dan siapkan kertas serta pena mu, catat semua target yang menjadi agenda hidup mu.|Edo

Tinggalkan Balasan

No More Posts Available.

No more pages to load.