JAKARTA, VoiceMagz.com – Tak banyak yang tahu jika Ibadah kurban menyimpan potensi besar, baik dalam perputaran ekonomi maupun bagi peningkatan protein dan gizi mayarakat Indonesia.
Dari sisi ekonomi, ternyata ada potensi ekonomi umat Rp69 triliun uang yang berputar dalam pelaksanaan ibadah kurban di Idul Adha yang diperingati tiap tahun.
“Jika dari 46 juta keluarga muslim di Indonesia, 60 persennya adalah para muzakih (orang yang memberi zakat), maka akan ada 27 juta keluarga muzakih dan setengahnya mampu berkurban. Maka akan ada 13 juta keluarga yang berkurban minimal satu setengah kambing saja seharga Rp3,5 juta. Maka total uang yang berputar adalah sekitar Rp69 triliun per tahun,” ujar Ketua BAZNAS, Bambang Sudibyo dalam peluncuran ‘Buku Ekonomi Kurban’ di Jakarta, Senin (20/8).
Hal inilah yang coba digambarkan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) bekerjasama dengan Pusat Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (PEBS UI) dalam buku ini. Bambang menyebut, kurban merupakan sebuah ritual penghambaan muslim kepada Tuhannya yang beririsan langsung dengan sektor ekonomi umat sekaligus berdampak sosial yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan memberikan keadilan bagi mustadháfin atau orang-orang lemah, rentan serta terpinggirkan.
“Di sisi lain, belum ada literatur yang secara langsung dan terpadu membahas kaitan antara kurban dengan kondisi sosial, pemberdayaan ekonomi serta manajemen,” imbuhnya.
Menurut dia, kurban sangat penting dalam mewujudkan kesejahteraan nasional dengan aktivitas jual beli kurban maupun penambahan protein hewani bagi masyarakat tidak mampu. Selain itu, diharapkan pula ide-ide serta eksekusi untuk mewujudkan pelaksanaan kurban yang lebih baik.
“Buku ini menjelaskan jawaban-jawaban dari pertanyaan terkait posisi, relasi, dan relevansi antara kurban serta kondisi sosial ekonomi kita,” katanya.
Kepala PEBS UI, Rahmatina Awaliah Kasri, PhD mengatakan, dari dimensi ekonomi, ibadah kurban diharapkan menjadi sebuah moment berbagi dan menunjukkan kepedulian kepada sesama.
“Dana ini diharapkan bisa menjadi pendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat, ketahanan pangan, peningkatan gizi dan pada akhirnya diharapkan bisa mewujudkan kesejahteraan sosial,” katanya.
Peningkatan permintaan hewan ternak secara besar-besaran pada hari raya Idul Adha secara sistemik akan berpengaruh pada peningkatan jumlah hewan ternak yang harus disediakan oleh peternak.
“Asumsinya jika permintaan meningkat, sektor ternak harus mampu memenuhi permintaan tersebut. Untuk dapat memenuhi permintaan tersebut, diperlukan pengokohan industri, penguatan infrastruktur, serta inovasi yang dapat membantu proses produksi,” pungkasnya. (NVR)